Mohon tunggu...
Istiasmidiati Wardiningrum
Istiasmidiati Wardiningrum Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Manajemen Pendidikan FIP UNJ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Virus Nyontek?

2 Mei 2014   04:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyontek berasal dari kata dasar sontek. Menyontek menurut KBBI adalahmengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya. Menyontek merupakan suatu bentuk tindakan kecurangan berupa penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan akibat dari pemikiran yang sempit dan cenderung menginginkan hal-hal berbau instan, seperti ‘yang penting dapat nilai bagus’.

Menyontek sudah menjadi hal yang lumrah bagi pelajar. Pelajar mana ‘sih yang tidak tergoda dengan kenikmatan menyontek? Mungkin, 1 banding 50 pelajar di Indonesia yang tidak tergoda dengan sontekan. Artinya, bangsa ini telah kehilangan moral dan kehilangan esensi dari pendidikan sedari dulu.

Kebiasaan pelajar yang hanya belajar pada saat akan diadakan ulangan masih dinilai ‘mending’ ketimbang seorang pelajar yang memiliki kebiasaan tidak pernah belajar dan ketika ulangan hanya mengandalkan sontekan dengan segala macam caranya seperti membuka buku, menyiapkan kertas kecil yang diselipkan di kantong/kerah baju/kaus kaki dsb, fotokopi perkecil materi, kerja sama dengan teman menggunakan kode-kode tertentu yang sudah disepakati, menyontek dengan alat bantu lain yang sudah dipersiapkan, dan masih banyak lagi cara lainnya dimana semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang dan semakin inovatif pula cara-cara para pelajar dalam menyontek. Padahal, ulangan atau ujian diadakan sebagai bentuk evaluasi pelajar setelah mendapatkan materi dari pendidiknya.

Biasanya menyontek terjadi karena pelajar yang tidak siap dalam menghadapi ulangan, kualitas pendidik yang tidak mampu mengajar dengan baik atau dampak dari lingkungan pendidikan itu sendiri. Misalnya karena ditekan oleh teman-temannya, yang tadinya tidak mau memberikan sontekan tetapi teman-temannya memaksa dan mengancam sesuatu padanya atau karena berteman dengan teman yang suka bersenang-senang. Tetapi apapun itu alasannya, menyontek tetap tidak baik dan akan berdampak sangat buruk bagi orang-orang yang sudah akut dalam menyontek.

Mungkin memang dampaknya tidak terasa sesaat setelah kita menyontek, tetapi akan sangat jauh terasa setelah sekian lama kita menyontek. Contoh dampak ringannya seperti menyesal di kemudian hari, tidak bisa menjadi diri sendiri, menjadi orang yang ketergantungan dan menjadi pemalas terutama dalam belajar serta tidak selera mengikuti pembelajaran. Sedangkan dampak besarnya bisa mematikan kreatifitas, menjadi pembohong danmenghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu seperti yang saat ini sering dilihat di TV bahwa banyak orang yang senang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal-hal berbau duniawi seperti korupsi.

Pelajar yang sudah ahli dalam menyontek akan cenderung menyebarkan virus keahliannya pada orang lain. Dari sinilah pelajar yang awalnya tidak biasa menyontek juga ikut handal dalam menyontek. Hal yang sering terjadi ialah ketika pelajar yang tidak merasa puas dengan nilainya dan melihat nilai temannya yang menyontek lebih bagus darinya, maka ia akan mencoba menyontek. Berawal dari percobaan menyontek, kemudian ketagihan, berubah menjadi kebiasaan dan sampai pada tahap penyakit akut akibat menyontek yang sudah kelewat batas.

Yang sangat disayangkan adalah para pemangku kepentingan pendidikan yang tidak bisa menemukan obat pembasmi virus ini. Namun virus ini bisa dicegah dengan mengandalkan ketegasan para pengawas ulangan atau ujian. Pengawas tidak hanya duduk diam saja di satu tempat tetapi pengawas harus selalu berkeliling untuk melihat sekeliling kelas, dan sesekali fokuskan perhatian jika ada siswa yang tidak bisa berkutik atau diam saja ketika melihat soal ulangan atau ujian saat pengawas berkeliling.

Ingatlah, bahwa tujuan dari pendidikan nasional yang tertera dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pengembangan potensi peserta didik ini berguna untuk menghasilkan SDM bermutu dan berkualitas yang bisa didayagunakan untuk negara ini agar bisa berkembang dengan optimal nantinya. Ingat pula firman Tuhan bahwa orang yang curang adalah orang-orang yang celaka. Ketika menyontek memang kita terasa seperti di surga selama beberapa detik, tetapi nantinya akan jatuh ke dalam neraka untuk selamanya. Apalah arti kebahagiaan sesaat bila harus kehilangan kebahagiaan untuk selamanya?

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan bisa mencerahkan pikiran kita tentang betapa ganasnya virus menyontek bagi generasi penerus bangsa yang menurut saya obatnya hanya kekuatan iman dan akal yang dimiliki seseorang dalam menghadapi godaan menyontek. Serta yakinlah bahwa sekecil apapun usahamu pasti Tuhan akan menghargainya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun