Guru merupakan profesi yang sangat mulia. Tugas utamanya bukan hanya sebagai pengajar atau pendidik, bahkan menjadi pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan bahkan harus bisa mengevaluasi anak didiknya. Tugas yang berat bukan?
      Dalam Islam, guru digolongkan sebagai orang-orang beruntung di dunia dan di akhirat. Sebab, mereka merupakan sosok pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari keburukan.Â
Hal ini sebagaimana firman Allah  dalam QS. Ali Imran : 104 yang Artinya: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.". Ayat tersebut dipertegas oleh pesan Rasulullah SAW kepada Abu Darda, beliau bersabda: "Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka." (HR Al-Baihaqi)
      Untuk menjadi seseorang yang berilmu  tak cukup dengan hanya pintar atau cerdas saja, tetapi perlu memiliki sifat sabar. Sabar bukan hanya sebagai penahan emosi, tapi juga merupakan penguat hati agar terhindar dari keburukan. Menjadi pengajar harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, terutama dalam mendidik siswa. Dizaman generasi milenial ini anak -- anak cenderung minim untuk tata krama dan sopan santun, dan hal ini pun merupakan tantangan serta PR yang sangat berat sebagai tenaga pendidik.
      Mungkin pada zaman dahulu kita menjadi siswa pasti pernah merasakan hukuman fisik, tapi beda hal dengan zaman sekarang. Entah siapa yang salah, atau apa karena perkembangan zaman era digital seperti saat ini yang membuat lupa dengan segalanya. Yang pasti semuanya ada positif dan negatifnya.Â
Anak zaman sekarang tidak bisa lepas dengan gagdetnya. Inipun menjadi salah satu tantangan bagi seorang pendidik, yang mengibaratkan dengan celotehan "masuk kuping kanan, keluar kuping kiri" dan sebagai guru harus bisa sabar dalam menghadapi tantangan ini walaupun adab dan ilmu sudah berulang kali disampaikan.
      Belum lagi jika menemukan anak didik yang memiliki sifat pemalas, gurupun sangat di uji tingkat kesabarannya. Mungkin jika tidak memiliki sifat sabar dapat menimbulkan penyakit kronis diantaranya hipertensi yang dapat mengakibatkan penyakit stroke, naaudzubillah.Â
Tetapi apapun yang dilakukan anak didik, sebagai guru harus bisa memberikan timbal balik yang positif jika anak didik melakukan sifat yang tidak baik. Dan yang akan selalu diingat sebagai guru menjadi penyabar akan mendapatkan martabat yang tinggi dari Allah SWT sesuai dengan QS. Al Furqan : 75 yang artinya "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam surga karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya (surga)".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H