Mohon tunggu...
Pendidikan

Pemilihan Produk Kebersihan Berbasis Kandungan Zat Antibakteri: Ibarat Dua Sisi Mata Uang, Pilih Instan Lifestyle Atau Sehat?

14 April 2015   13:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:07 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, manusia mempunyai concern terhadap kesehatan dan kecantikan. Concern manusia dalam mencegah bau badan, wajah berjerawat, dan menjaga daerah kewanitaan secara cepat dan instan merupakan penyebab meledaknya produk berlabel “antibakteri” di pasaran. Hampir setiap produk yang berhubungan dengan tubuh manusia, terutama sabun mandi; sabun muka; deodorant; dan sabun pembersih kewanitaan, mempunyai label “antibakteri”. Hasil survey yang dilakukan di pusat perbelanjaan terbesar dan swalayan di sekitar perumahan banyak menunjukkan bahwa sebagian besar produk kesehatan dan kecantikan mengandung antibakteri. Sayangnya, para konsumen tidak mengetahui bahaya tersembunyi pada antibakteri tersebut.

Pada sabun mandi misalnya, kaum kekinian rasanya tak mantap bila tak memilih sabun mandi yang paling jagoan. Kekuatan sabun mandi biasanya mereka lihat dari zat antibakteri yang digunakan, misalnya zat aktif triclosan. Padahal dibalik keaktifan “si Triclosan” mempunyai sisi negatif yang patut diwaspadai. Triclosan (5-chloro-2-(2,4-dichlorophenoxy)phenol)ialah agen antimikrob yang secara luas telah menjadi bahan tambahan dalam berbagai produk yang dikomersilkan selama lebih dari 40 tahun. Triclosan secara signifikan mempengaruhi kondisi lingkungan secara signifikan dan secara berkala terdeteksi dalam cairan tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi melalui air minum yang kita konsumsi atau residu dari kosmetik dan sabun antiseptik yang kita gunakan, hingga akhirnya terakumulasi dalam cairan tubuh. Triclosan juga dilaporkan dapat menyebabkan beberapa bakteri patogen menjadi resisten seperti pada Salmonellya typhimurium. Selain itu, triclosan memicu dan mempercepat perkembangan hepatocellular carcinoma, yang berperan sebagai pemicu tumor hati.

Contoh yang lain adalah penggunaan deodorant. Deodorant juga telah menjadi tren dewasa ini. Penggunaan deodorant hampir tidak terlepaskan dari rutinitas sehari-hari. Memakai deodorant sudah menjadi kewajiban layaknya mandi di pagi hari sebelum memulai aktivitas harian. Pada dasarnya,  keringat manusia tidak berbau. Bau yang ada pada keringat disebabkan adanya bakteri yang memecah/memetabolisme protein dan asam lemak yang terkandung pada keringat apokrin. Bakteri tersebut ada pada rambut yang berada di ketiak maupun bagian genital.

Deodorant mencegah terjadinya bau dengan menetralisir dan membunuh bakteri yang memetabolisme protein dan asam lemak, sedangkan antiperspirant yang ada pada deodorant berfungsi untuk mencegah keluarnya keringat dengan memblokir pori-pori dengan menggunakan zat antiprespirant. Tanpa keringat, bakteri tidak dapat memetabolisme protein dan asam lemak yang menyebabkan bau badan. Antiperspirant bekerja dengan menyumbat, menutup, atau memblokir pori-pori dengan garam aluminium untuk mencegah pelepasan keringat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society, penggunaan antiperspirants yang berfungsi mencegah keringat dapat mengakibatkan berhentinya fungsi tubuh dalam membersihkan racun di bawah ketiak. Racun tersebut akan terus disimpan di kelenjar getah bening di bawah lengan sehingga konsentrasi tinggi dari racun di daerah tersebut dapat memicu terjadinya kanker, terutama kanker payudara. Penggunaan aluminium yang tinggi pada antiperspirant terbukti dapat menyebabkan terjadinya Alzheimer.

Beberapa contoh zat antibakteri serta bahayanya yang telah dipaparkan pada ulasan sebelumnya membuat kita harus mengaktifkan alarm kehati-hatian apabila akan memilih produk kesehatan dan kecantikan untuk keluarga kita tercinta. Alih-alih ingin tubuh bebas dari bakteri, kita malah menabung resiko yang lebih tinggi untuk membahayakan tubuh kita. Dari sekian banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan, sebenarnya yang paling dirugikan adalah sel-sel yang bekerja membangun tubuh kita, terlebih di dalam sel tersebut terkandung organel-organel “si pelaksana” fungsi seluler. Sebutlah mitokondria sebagai salah satunya. Mitokondria adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sel dan mempunyai fungsi dalam menghasilkan energi. Adenosin Triphosphate (ATP) yang dihasilkan dari mitokondria berasal dari gula, lemak, atau bahan lainnya dengan bantuan oksigen. Mitokondria dapat dikatakan sebagai mesin kehidupan pada sel dikarenakan proses respirasi selular yang terjadi di dalam memberikan energi untuk keberlangsungan hidup baik sel maupun kumpulan sel, yaitu tubuh.

Gen mitokondria pada pengguna antibiotik (sebagai salah satu zat antibakteri), misalnya, akan bermutasi sehingga menyebabkan penurunan respirasi selular. Penurunan respirasi selular ini mengakibatkan sel menjadi kekurangan O2 yang akan berakhir pada penurunan fisik. Jadi perlu diperhatikan bahwa tidak semua produk berlabel antibakteri menghasilkan hal baik. Sebab dan akibat penggunaan antibakteri terhadap mitokondria dapat kita perhatikan pada kehidupan manusia. Teknologi dapat diibaratkan sebagai antibakteri yang mempunyai pengaruh positif dan negatif. Mitokondria dapat dibayangkan sebagai norma yang sudah ada di dalam kehidupan manusia.  Norma sudah kita kenal semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar melalui pelajaran PPKn atau Kewarganegaraan.

Norma adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya dan memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkah laku, sopan santun, dan cara bergaul di dalam masyarakat merupakan hal-hal yang diamati di dalam norma. Hukum yang kita anut pada kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hasil dari norma yang berada di masyarakat dan dirumuskan untuk satu tujuan yaitu sebagai mesin kehidupan berbangsa dan bernegara. Perbandingan kedua hal ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk kita. Mitokondria merupakan model penting yang dapat diibaratkan sebagai norma yang berlaku di kehidupan berbangsa dan bernegara. Mitokondria tidak berfungsi dengan baik bila muculnya antibakteri yang dapat mengganggu gen mitokondria sehingga proses respirasi selular terganggu.

Adapun saran untuk gaya hidup yang lebih baik serta lebih sehat di masa mendatang adalah cerdas memilih produk kebersihan maupun kecantikan. Jadilah konsumen yang cerdas, jangan hanya karena ada labeling antibakteri lalu tanpa pikir panjang lagi kita langsung membelinya. ingat kembali dampak negatifnya, seperti dua sisi mata uang, antibakteri dapat membersihkan namun juga membahayakan, tidak hanya bagi tubuh, namun bagian terkecil tubuh seperti mitokondria pun akan terkena dampaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun