Mohon tunggu...
Isti Ana
Isti Ana Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas VI di SDN Jogosari II Pandaan, Kab. Pasuruan, Jawa Timur

Selain sebagai tenaga pendidik, saya memiliki kecenderungan tertarik pada dunia bisnis/ Entrepeneur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

1.3.a.3 Mulai dari Diri - Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak

20 September 2023   06:00 Diperbarui: 20 September 2023   06:22 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Visi memang belum terjadi saat ini, namun begitu kuat kita inginkan untuk terwujud di masa depan. Visi adalah representasi visual kita akan masa depan. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu kita untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya. 

Kita semua mengenal "Sumpah Palapa" dari Gajah Mada. Lewat sejarah kita belajar bagaimana kemudian visi yang Gajah Mada artikulasikan sebagai sumpah tersebut menggerakkan Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar di Nusantara. Visi pribadi beliau begitu kuat, dipercaya, hingga didukung oleh warga dan kerajaannya. Visi itu menguatkan hatinya, menggerakkan hati semua orang, dan mempersatukan gerak bersama dalam pencapaiannya. Gajah Mada adalah Mahapatih bukan Raja dari Kerajaan Majapahit saat itu. Kisah Gajah Mada itu dapat kita tarik ke dalam konteks guru dan sekolahnya. Guru memang bukan Kepala Sekolah, namun jika visi seorang guru memiliki makna yang kuat maka visi tersebut berpeluang menghubungkan hati lebih banyak pihak hingga kemudian mengundang upaya kolaboratif demi mewujudkannya. Visi seorang guru harus dapat di-amini semua pihak karena sangat jelas keberpihakannya pada murid.

Nah, ketika kita sebagai seorang guru membayangkan suatu visi, apakah kita telah menyertakan gambaran murid ke dalamnya? Sebagai seorang guru, mendidik bukanlah pekerjaan administratif. Target pekerjaan kita bukan sebuah dokumen, selembar kertas, atau daftar angka. Mendidik tidak hanya berbicara tentang dimensi waktu "sekarang". Sasaran pekerjaan kita adalah manusia. Target pekerjaan kita adalah pertumbuhan manusia demi manusia. Hasil pekerjaan kita baru akan terlihat saat manusia ini berkarya di masa depan nanti. Oleh karena itu, memiliki visi tentang pertumbuhan murid menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru. Visi yang diharapkan terwujud pada murid Bapak/Ibu di masa depan. Visi mengenai murid inilah yang nantinya menjadi bintang penunjuk arah bagi guru dalam menentukan program dan strategi pembelajaran.

Pada kesempatan ini kita juga akan membayangkan tanggung jawab kita sebagai seorang guru dengan peran sebagai Guru Penggerak. Kita memiliki peran untuk mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Peran ini memunculkan harapan bahwa ada hal besar yang kita harapkan dapat kita capai di masa depan.  Sebagai Guru Penggerak kelak, peran kita akan melampaui dinding dan pintu kelas di mana kita mengajar. Oleh karena itu, Guru Penggerak perlu mengartikulasikan harapan besar mengenai dirinya, murid, rekan kerja, sekolah, dan kedigjayaan Indonesia dalam kalimat-kalimat yang sifatnya pribadi, sehingga paling tidak dapat menggerakkan hatinya, menyemangati dirinya, di tengah jatuh-bangun perjuangannya kelak.

https://www.canva.com/design/DAFu7HTN8Pg/OvD96i1GHgqktZRYTGCERQ/edit?utm_content=DAFu7HTN8Pg&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar
https://www.canva.com/design/DAFu7HTN8Pg/OvD96i1GHgqktZRYTGCERQ/edit?utm_content=DAFu7HTN8Pg&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar

Gambaran murid yang saya dambakan adalah murid yang sesuai Profil Pelajar Pancasila, yaitu:

1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia

    Menanamkan nilai-nilai religius sejak dini sebagai pondasi pembentukan karakter, agar menjadi kokoh dan menjadi pedoman saat mereka tumbuh menjadi manusia berbudaya dan manusia yang bermasyarakat

2. Berkebhinekaan Global

     Wawasan kebangsaan juga harus ditanamkan sejak dini, agar mereka dapat memahami makna berbeda-beda itu bukan untuk           dicari  kesamaannya tapi untuk menguatkan persatuan Indonesia. Bahwa keberagaman itu indah dan kaya.

3. Gotong Royong

     Mempunyai jiwa sosial, mau saling menolong dan menghargai, mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingannya sendiri merupakan contoh dari penanaman karakter yang harus dilakukan sejak dini dan terus menerus dilakukan agar menjadi sebuah budaya

4. Mandiri

     Pada era digital dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat berkembang, siswa diharapkan dapat menjadi jiwa yang mandiri. Berusaha mencari sumber belajar darimanapun, tanpa menunggu instruksi guru. Karena mereka sadar, kebutuhan untuk upgrade dan update ilmu perlu mereka lakukan agar tidak tertinggal oleh zaman.

5. Bernalar Kritis

     Berfikir cepat, dan tepat guna diharapkan mampu untuk menyeimbangkan pergerakan dan perkembangan ilmu yang demikian cepatnya. Persiapan Sumber Daya Manusia yang kompeten untuk era Revolusi Industri 4.0 saat ini.

Sadar akan kebutuhan Sumber Daya Manusia yang sangat kompeten dan kompleks di masa depan, kami para tenaga pendidik akan selalu bersemangat belajar dan memperbaiki pembelajaran. Berkontribusi membangun negeri yang maju melalui pendidikan.

Teruslah berkarya Bapak/Ibu Guru hebat sekalian....

Karena ditangan seorang guru. akan tercipta ribuan orang hebat masa depan ...

Hebat itu biasa, namun Hebat Bersama itu yang Luar Biasa!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun