Mohon tunggu...
Istiana Wahyu S
Istiana Wahyu S Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

7 November 2022   21:01 Diperbarui: 7 November 2022   21:10 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salam Pendidikan....

Perkenalkan nama saya Istiana Wahyu S, Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari SD Negeri Mojodoyong 4 Kedawung, Kabupaten Sragen. Dalam kesempatan kali ini saya akan menyampaikan jurnal dwimingguan modul 1.1.a tentang Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 

Jurnal ini merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh setiap CGP. Tugas ini dibuat bertujuan untuk merefleksikan semua pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama 2 minggu. Dalam pembuatan jurnal ini saya menggunakan model 1 yaitu 4F(Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P.

1. Facts (Peristiwa)

Kegiatan 2 minggu pertama menjadi Calon Guru Penggerak ini dimulai dengan pembukaan yang dilaksanakan serentak seluruh Indonesia secara online pada tanggal 20 Oktober 2022. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan dan pengenalan oleh BBGP Jawa Tengah tentang orientasi pengenalan pelaksanaan PGP Angkatan 7 dan pengenalan LMS (Learning Management System). 

Kegiatan awal dimulai lokakarya orientasi yang dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2022 bertempat di SMP Negeri 1 Sragen. Lokakarya orientasi ini dibuka oleh Bapak Suwardi, MM selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen. 

Dalam kegiatan ini, kami dipertemukan dengan para CGP dan PP Angkatan 7. Lokakarya orientasi bertujuan untuk : (1) mengenal bagaimana ekosistem belajar di program guru penggerak, (2) memahami alur, peran tim pendukung dan kompetensi lulusan program guru penggerak, (3) mengetahui posisi diri pada kompetensi sebagai guru penggerak, (4) pengenalan bagaimana membuat portofolio digital dan memahami pentingnya membuat portofolio digital sebagai bagian dari pengembangan kompetensi.

Kegiatan CGP Angkatan 7 ini dilanjutkan secara daring menggunakan LMS. Dalam kegiatan ini dimulai dengan kegiatan yang disingkat dengan MERDEKA yaitu : (1) Mulai dari diri sendiri yaitu merefleksi pemikiran KHD, (2) Eksplorasi konsep dimana kegiatan ini berdiskusi bersama fasilitator dan CGP lainnya mengenai filosofi KHD melalui google meet, (3) Ruang kolaborasi yaitu diskusi dengan teman-teman sesame CGP mengenai filosfi KHD dan penerapannya di sekolah,

(4) Demonstrasi kontektual yaitu membuat video berisi penjabaran pemikiran KHD, (5) Elaborasi pemahaman bersama instruktur yang pada kesempatan kali ini Bersama ibu Dwi Setyowati Hilga melalui Gmeet, (6) Koneksi antar materi yaitu membuat kesimpulan dan refleksi modul 1.1 tentang pemikiran KHD dalam bentuk artikel ataupun video, dan (7) Aksi nyata yang artinya mengimplementasikan pengetahuan di modul 1.1 ini dalam pembelajaran di sekolah.

2. Feelings (Perasaan)

Selama 2 minggu berjalan ini saya merasa bagaikan roller coaster, menegangkan tapi juga menyenangkan. Menegangkan karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan dalam LMS, dan juga jadwal Gmeet yang intens. Senang karena vertemu dengan para guru-guru yang hebat yang tentunya dari para guru-guru hebat itulah saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman tentang filosofi KHD. 

Dalam penerapan filosofi KHD di sekolah terutama di kelas, saya menyadari memang harus ada yang diubah termasuk pola pikir saya tentang arti mendidik dan mengajar. Semula yang bersifat teacher centred learning berubah menjadi student centred learning. 

Contohnya yaitu dulu saya banyak melakukan pembelajaran konvensional yaitu ceramah, sekarang lebih berpusat pada siswa dengan banyak menerapkan pembelajaran dengan metode discovery learning. Dalam pembelajaran tidak lupa saya menyisipkan berbagai permainan sehingga anak tidak merasa bosan. Dengan metode ini tentunya siswa merasa senang karena kebutuhan belajarnya terpenuhi dan tetap tidak melupakan kodratnya sebagai anak-anak yaitu bermain.

3. Findings (Pembelajaran)

Bersama CGP lain yang dipandu oleh fasilitator dan instruktur tentunya lebih banyak memberikan pemahaman secara mendalam tentang Pendidikan sesuai pemikiran KHD. Dari pengetahuan inilah lebih memudahkan saya untuk menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. 

Pendidik adalah penuntun yang artinya menuntun anak pada kodratnya, memberikan kebebasan namun pendidik juga sebagai "pamong" dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak-anak tidak kehilangan arah sehingga membahayakan dirinya. 

Pendidikan harus didasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman. KHD juga menegaskan bahwa pendidikan harus "menghamba pada anak", artinya pembelajaran harus berpusat pada siswa. Oleh karena itu, yang semula saya hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah berubah mengunakan yang berpusat pada anak (student centred learning) misalnya dengan menggunakan metode discovery learning. 

Dengan metode ini, saya berharap siswa menemukan sendiri pengetahuannya dan dapat melatih siswa untuk mampu bernalar kritis tentang sebuah pengetahuan, dan tentunya mampu menyelesaikan masalahnya (problem soving) sesuai dengan tuntutan ketrampilan abad 21. 

Selain itu, saya juga menggunakan permainan dan lagu agar siswa merasa senang dan gembira. Dari pemikiran KHD, saya berusaha agar siswa mendapatkan pendidikan yang bahagia dan menyenangkan, menjadikan sekolah sebagai taman yang menyenangkan.

4. Future (Penerapan)

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang fiIlosofi pendidikan KHD ini saya berusaha menerapkannya dalam pembelajaran. Pertama-tama yaitu merancang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Menjadi guru yang bisa menuntun kodrat siswa dan menjadi teladan. 

Sesuai dengan 3 semboyan KHD yaitu "Ing ngarso sung tulodho, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Di depan senantiasa menjadi teladan, di tengah memberikan semangat dan motivasi dan di belakang mendorong siswa untuk mencapai kebahagiaan tertinggi serta menyiapkan mereka menjadi generasi yang siap juga Tangguh dalam menghadapi masa depan. 

Melakukan pembelajaran berbasis digital sebagai wujud penerapan Pendidikan di abad 21 yaitu melek teknologi dengan menggunakan media online seperti google formulir, pembelajaran menggunakan media LCD agar menjadi menarik. Melaksanakan pembelajaran berbasis kearifan local agar mereka bangga dengan budayanya dan tentunya menggunakan media alam sekitar agar siswa lebih mengenal daerahnya. 

Saya menyadari bahwa setiap siswa memiliki kompetensinya masing-masing, mereka tidak sama. Karena dengan perbedaan itulah menjadi warna. Oleh karena itu, saya berusaha menerapkan pembelajaran harus memfasilitasi perbedaan siswa tersebut. Belajar mengidentifikasi gaya belajar siswa sehingga bisa menerapkan pembelajaran berdeferensiasi.

Demikian pemaparan tentang refleksi jurnal Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Salam Guru Penggerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun