Mohon tunggu...
Iis Siti Aisyah
Iis Siti Aisyah Mohon Tunggu... Freelancer - Teacher | Reader | Freelance Writer

Penikmat buku dan coklat secara bersamaan. Sini nyoklat di jejaksuaraa.blogspot.com :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membela Hari Pendidikan

2 Mei 2018   14:26 Diperbarui: 2 Mei 2018   16:14 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Pendidikan!

Kalimat itu saya berikan sebagai penghormatan kepada Bapa Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang dengan segenap jiwa raga memberikan warisan yang tak ternilai bagi bagsa ini. Sejarah tentang Ki Hajar Dewantara telah banyak beredar di media, jadi tidak harus saya ikutan menulis tentang beliau. Bukan karena beliau tidak pantas dikenang, justru dari awal saya sudah katakan bahwa tulisan ini saya dedikasikan untuk beliau. Hanya saja ada yang lebih menggairahkan kita bahas, yaitu tentang pendidikan kita hari ini.

Menagapa harus pendidikan kita hari ini? Karena masa lalu sudah menjadi sejarah yang tidak akan terulang dan hari ini masih bisa kita rasakan. Jadi maafkan saya jika "sok tahu" tentang pendidikan.

Apa Esensi Pendidikan?

Orang beramai-ramai memperingati hari pendidikan, tetapi melupakan isi yang terkandung di dalamnya. Pemerintah bersaing dengan negara lain untuk memajukan angka kelulusan dan nilai UN, tetapi melupakan apa yang dilakukan setelah itu, jika akhirnya orang-orang berpotensi tetap tidak pernah dihargai di negeri ini. Saya justru melihat orang-orang berpendidikan di negeri ini banting stir menjadi pegawai yang menggajinya dengan harga yang sebanding (jadi tukang ojek online). Maka jangan salahkan kami, -maksudnya saya- jika suatu saat juga mengikuti jejak itu. Tetapi tidak mungkin jadi ojek ya. Tapi bisa jadi juga sih.

Para Pemikir dan Yang Berpendidikan Jangan Hanya Meminta Upah

Ini yang jarang kita temui di negeri ini. Orang yang dengan sukarela melakukan riset dan mengembangkan pengetahuan demi negaranya. Faktor kebutuhan dan mungkin rasa "buat apa saya susah-susah" toh yang di atas para pemangku kebijakan juga sudah tidak peduli.

Sejarah berlalu, dan esensi pendidikan justru hanya sebuah cangkang formalitas yang diseremonialkan. Lucunya, saya sampai hati juga berpikir ke arah ini. Bangsa kita ini "mungkin" -termasuk saya- adalah orang-orang yang sebenarnya peduli dengan pendidikan tapi mungkin juga apatis dengan pendidikan kita yang digoyang dengan berbagai kepentingan. Buktinya saya dan banyak orang ramai menulis Hari Pendidikan.

Memasuki Zaman Millenial

Tidak mungkin dilawan, generasi Z yang lahir tahun 1995-sekarang adalah orang-orang yang melek teknologi. Mereka lebih terampil dan lebih suka sesuatu yang instan dan sesuatu yang mudah. Generasi Y (1994-ke atas) seperti saya yang berdekatan dengan generasi Z jangan sampai ketinggalan informasi dan norak, karena biasanya generasi millenial ini cenderung akan menyepelekan dan menganggap remeh.

Peran guru "sepuh" yang memberi teladan juga jangan sampai tereleminasi, mereka orang-orang yang dengan segala kerendahan hati biasanya akan memberi wejangan dan arahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun