Mohon tunggu...
Ida Ristiawati
Ida Ristiawati Mohon Tunggu... -

Menjadi Guru terus Guru Selamanya Guru (Prof. Dr. H. M. Surya)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manisnya Iman

24 Maret 2014   15:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakannya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip, atau juga pandangan dan sikap hidup.

Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Syaikh Abu Muhammad bin Abu Hamzah berkata, "Pengungkapan dengan lafal "manis" karena Allah SWT mengumpamakan iman sebagaimana pohon, seperti di dalam firman-Nya, surat Ibrahim: 24 "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik."
pohon merupakan pokok dari keimanan, cabang-cabangnya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan, daun-daunnya adalah segala amal kebaikan yang harus diperhatikan seorang mukmin, dan buahnya adalah segala macam bentuk ketaatan. Manisnya buah akan didapat ketika buah sudah matang, dan puncak dari rasa manis itu adalah bila buah telah masak total, maka ketika itulah akan terasa manisnya buah tersebut.

Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya, manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa menyempurnakan cintanya kepada Allah, memperbanyak cabang-cabangnya (amalan yang dicintai Allah swt.) dan menangkis hal-hal yang bertentangan dengan kecintaan Allah swt.

Apa buktinya bila seseorang telah merasakan manisnya Iman?Buktinya, ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada Allah daripada mementingkan kesenangan dan kemegahan dunia.

Seperti Rasulullah ketika beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan keindahan dan kenikmatan sehingga kakinya bengkak, beliau tidak menghiraukannya. Bengkaknya kaki tidak sebanding dengan kenikmatan berduaan dengan Allah SWT. Kenikmatan berduaan dengan Allah, jauh melebihi apapun yang ada di dunia ini. Namun, untuk dapat merasakan hal tersebut terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi.

Syarat yang pertama untuk mendapatkan manisnya iman adalah dengan mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW di atas segala-galanya, yaitu mendahulukan kepentingan Allah dan rasul-Nya dibandingkan dengan kepentingan apapun yang bersifat duniawi. Seperti lebih ridha dengan rizki yang halal meskipun sedikit, dibandingkan dengan rizki yang banyak namun mengandung unsur syubhat.

Syarat yang kedua yaitu mencintai seseorang karena Allah SWT. Ketika mencintai seseorang, cintanya adalah semata-mata karena Allah SWT, bukan karena hal-hal atau motivasi lainnya. Sehingga dengan konsep seperti ini, ia tidak akan mencintai orang-orang yang tidak dicintai Allah atau bahkan dibenci oleh Allah SWT.

Syarat ketiga adalah tidak mau kembali kepada kekufuran. Artinya setelah Allah SWT memberikan pancaran cahaya hidayahke dalam hatinya, serta hidup di bawah naungan keridhaan Allah SWT. Ia tidak mau lagi untuk kembali kepada kehidupan dan kenistaan. Tidak maunya ia kembali kepada api neraka. Karenahidup dengan kenistaan pada hakikatnya adalah hidup di dalam neraka jahanam.

Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. (Pertama) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. (Kedua) agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt. (Ketiga), tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR Bukhar Muslim)

Dalam hadits tersebut Rasulullah saw menjelaskan bahwa tiga perkara bila kalian berada di dalamnya maka akan didapati manisnya iman, karena sarat mendapatkan manisnya sesuatu adalah dengan mencintainya, maka barang siapa yang mencintai sesuatu dan bergelora cintanya, maka ketika berhasil mendapatkannya, ia akan merasakan manis, lezat dan kegembiraannya. Karena itu seorang mukmin yang telah mendapatkan manisnya iman yang mangandung unsur kelezatan dan kesenangan akan diiringi dengan kesempurnaan cinta seorang hamba kepada Allah.

Wallahu’alam bisha’ab...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun