Kenapa kau masih menangis, nduk?
Bukankah balon itu pilihanmu
Lihatlah, warnanya ungu
Persis seperti tas dan bajumu
Mendongaklah ke atas...
Lihatlah kembang api itu disana
Memercik indah di angkasa
Bukankah kau suka melihatnya dengan Ayah?
Nduk, jangan bersedih lagi
Kau boleh meminta apapun
Tapi jangan minta coklat dan gulali
Sekalipun dapat menyembuhkan hati
Itu hanya akan membuat lubang di gigi
Ayah juga tak akan pernah suka
Apalagi saat melihatmu sakit dibuatnya
Jangan menangis, Nduk..
Jangan menangis...
Lihatlah, mata bulatmu kini sembab
Semalaman kau tak henti meratap
Pipi lesungmu kini kebas oleh air mata
Nduk, maafkan Bunda
Ayah tak akan pulang
Meski kau menangis seribu bulan
Maafkan Bunda, Nduk
Tak bisa membawa Ayah kembali
Ayah, sudah tenang di sisi Ilahi
Nduk...
Kau harus belajar untuk mengerti
Di dunia ini, tak satu pun bisa abadi
Akan selalu ada yang datang dan pergi
Silih berganti..
Tersenyumlah, Nduk..
Ingat janjimu kepada Ayah..
Bawa mimpimu terbang ke angkasa
Buatlah Ayah bangga di alam sana
Tersenyumlah..
Bunda tahu kau anak yang kuat
Kau anak yang hebat
*Berpelukan
-The End-
Selasa pagi, 18 Agustus 2015
Aisyah El Fayruz
@istfun[2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H