Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Bali, Saya Ingin Mengulang Kembali

31 Oktober 2023   23:54 Diperbarui: 1 November 2023   02:07 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi tempong. Sumber foto: dokpri

Sebagai orang tua yang anak sulungnya menjadi pramugari, saya dan keluarga beruntung karena berkesempatan membeli tiket dengan diskon super nyungsep. Kali ini saya beli tiket ke Bali. Dengan membayar 630 ribu sudah dapat tiket Bandung-Denpasar pp untuk 3 orang. Saya, suami, dan anak bungsu.

Awalnya saya ingin jalan-jalan ke Singapura. Tetapi kata kunci dari petunjuk Tuhan yang saya dapat adalah pohon kurma. Pohon ini kan tidak umum tumbuh di Singapura. Pohon yang sejenis dengan kurma adalah pohon kelapa. 

Rayuan pulau kelapa adalah ikon Indonesia. Maka, saya pilih Lombok. Ternyata maskapai tempat anak saya bekerja tidak ada layanan terbang ke Lombok. Akhirnya saya alihkan ke Bali.

Sumber foto: dokpri
Sumber foto: dokpri

Setelah terakhir kali ke Bali 35 tahun yang lalu, akhirnya saya datang ke sini lagi dari hari Sabtu - Senin, 22-24 Juli 2023. Saya menginap di Hadi Poetra Hotel. Saat melihat garis pantai dengan buih putih dari atas pesawat beberapa saat sebelum mendarat, rasanya saya tak salah memilih Bali. Dari ketinggian sudah menarik hati. Saya jadi penasaran.

Sayangnya, saya terlalu meremehkan Bali. Sehingga, saya hanya berniat wisata ke sana selama 3 hari 2 malam saja. Apalagi suami harus ambil cuti. Kalau saya dan anak bungsu saya sih tidak terikat waktu dalam bekerja. Lebih fleksibel. Cukup 3D2N saja. Fix, ya!

Bali rupanya tidak terima. Ia membalas saya dengan penyesalan. Kenapa tidak 4, 5, 6, atau sepekan saja menghabiskan waktu di sini? Puas-puasin dulu menikmati kemolekan, kegagahan, keriuhan, kegenitan, dan keramahan Bali beserta hiruk pikuknya yang menyihir. Jangan keburu pulang, Bu! Begitulah kira-kira. Baiklah.

Selama di Bali, saya lebih banyak memakai bis trans Sarbagita. Berbaur dengan penumpang lain serasa jadi masyarakat setempat. Akrab. Selain nyaman, mudah, juga murah meriah. Biayanya 4400 rupiah sekali naik dengan menempelkan kartu pembayaran.

Dari bandara I Gusti Ngurah Rai ke hotel sekira 15 menit saja. Jika sudah larut malam atau ingin ke tempat yang tidak dilalui bis Sarbagita, baru saya naik mobil online.

"Banyak yang cinta Bali ya Ma. Tuh, lihat! Berbagai ras datang ke sini menikmati suguhan Bali," kata suamiku. Betul juga. Berwarna-warni kulit, rambut, dan mata berkumpul di sana. Ada yang sorangan, berdua, atau bersama keluarga. Ada yang busananya ote-ote, ada juga yang mbrukut. Aman damai semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun