Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Jalan-Jalan Berburu Sayuran, Cara Chill and Heal Murah Meriah

28 April 2023   23:58 Diperbarui: 29 April 2023   00:08 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata atau istilah chill and heal banyak dijumpai di media sosial. Anak-anak generasi milenial kerap menggunakan istilah ini dalam komunikasi sehari-hari. Sering pula netizen memasang status chill and heal di media sosial mereka.

Dalam bahasa Inggris, "chilling" artinya dingin atau bersantai. Sedangkan, "healing" memiliki arti penyembuhan. Dalam bahasa gaul, chilling and healing bermakna pada kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi rasa stres dan menenangkan pikiran.

Chilling and healing bisa dilakukan dengan berbagai cara. Kegiatan-kegiatan yang membuat seseorang menjadi tenang dan senang baik yang berbiaya murah ataupun mahal juga termasuk chilling and healing. Bisa dengan menonton film, membaca buku, mendengarkan musik, melukis, jalan-jalan, olahraga, pengajian, seminar, baca Alquran, dll.

Chilling and healing bisa dilakukan oleh siapa saja. Tentunya, masing-masing orang berbeda-beda dalam mengatasi stres disesuaikan dengan minat, bakat, kesempatan, dan juga isi dompet. Tidak perlu dipersoalkan. Yang penting kesehatan mental bisa terjaga, pikiran jadi tenang, konsentrasi  meningkat, dan emosi jadi seimbang. Chilling healing juga tidak berbahaya asal dilakukan dengan tepat dan tidak berlebihan.

Saya memilih chilling and  healing dengan cara jalan-jalan di sekitar perumahan tempat saya tinggal. Menikmati keindahan alam perbukitan di daerah Bandung Barat. Di sekitar rumah saya masih terbentang luas lahan pertanian sayur-sayuran. Bahkan lokasi kebun petani ada yang berbatasan langsung dengan kompleks perumahan.

Mereka ada yang menanam kol, kangkung, bayam, tomat, kacang panjang, selada kepala, terong ungu, terong hijau, brokoli, bunga kol, cabe, labu siam, dll. Ada juga petani yang menanam jeruk.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

Setelah penat berkegiatan dari hari Senin sampai Jumat, hari Sabtu atau Minggunya saya dan suami sengaja bermotor ria naik ke kampung yang letaknya lebih atas. Sambil menikmati udara segar khas pegunungan, sambil mencari-cari siapa tau sada petani yang lagi panen sayur. Bisa beli langsung di tempat. Segar dan tentu lebih murah harganya.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

Dalam sekali jalan-jalan, saya bisa bertemu 2-3 petani yang sedang panen. Saya membeli tomat, terong, atau cabe masing-masing 10 ribu. Saya bilang ke petani sedapatnya saja dengan harga segitu, karena memang untuk senang-senang saja dan untuk konsumsi sendiri.

Namun, kenyataannya dengan harga 10 ribu saya diberi 2-3 kali lipat lebih banyak sayuran oleh petani. Maka, bonus dari petani ini saya balas dengan lantunan doa-doa untuk kesejahteraan, kebahagiaan, kesehatan, dan keberkahan usaha mereka dan keluarganya. Dari sisi mendoakan ini saja sudah membuat saya bahagia.

Belum lagi dari status pembeli meningkat jadi kenalan rasa saudara. Betapa tidak? Suatu saat saya mendatangi kebun petani yang sedang panen terong. Membeli salam dan mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan saya. Akhirnya ngobrol kesana-kesini.

Suasana jadi akrab sehingga saya beberapa kali datang. Bukan lagi ke kebun tapi silaturahim langsung ke rumahnya. Saya bawakan seporsi soto atau sepaket sembako. Harganya tidak seberapa, tetapi saya senang berbagi sesuatu dengannya. Apa balasannya untuk saya? Beliau memberi buah pisang satu pohon, satu tas kresek gede terong, daun singkong, juga brokoli.

Lihat video: 
Sejak itu, setiap kali ada panenan saya di-WA. "Ini ada pisang khusus diniatkan untuk ibu," begitu isi pesannya. Saya terharu. Sejak itu kami menjadi teman dekat. Kalaupun saya dicurhati, ya senang saja bisa membantu mencari jalan keluar. Dalam waktu dekat kami janjian untuk botram (makan-makan ngeliwet) di saungnya.

Saya dan suami berencana mengajak Nenda, begitu kami memanggilnya, untuk jalan-jalan seputar kota Bandung. Menurut pengakuannya, Nenda sudah lama tidak rekreasi dan lagi ingin berwisata. Kenapa tidak kami ajak serta saja sekalian? Biar kemanfaatan mobil kami bisa dirasakan juga oleh orang lain. Juga, biar kehadiran kami di tengah-tengah masyarakat bisa memberi arti meskipun cuma setitik.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

Dengan beristirahat sejenak di alam, bertegur sapa dengan petani, saya dapat merasakan energi positif untuk kembali beraktivitas sehari-hari. Mengukir karya pada lingkungan, sehingga diri ini menjadi lebih bermakna. Itulah wisata alam dan wisata hati saya. Saya bangga berwisata di Indonesia.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun