Saya pernah mendengar ceramah yang mengatakan bahwa sebaik-baik rumah adalah yang ada anak yatim di dalamnya. Namun, di zaman now tidak banyak anak yatim yang tinggal serumah dengan orang tua asuhnya. Mereka biasanya dititipkan di panti asuhan atau di pondok pesantren.
"Jika kondisi ini yang terjadi, kita tetap bisa koq berinteraksi dengan anak-anak yatim di rumah kita. Bagaimana caranya? Undanglah mereka bukberan ke rumah kita. Dengan begitu, rumah kita telah pernah didiami oleh anak-anak yatim. Meskipun sifatnya diam sementara, nggak apa-apa," begitu kata Pak Ustadz.Â
Wah, bener juga! Solusinya mudah, tetapi tetap bisa. Maka, Ramadan tahun berikutnya saya mengundang dua puluhan anak yatim laki-laki usia SD untuk bukber di rumah. Pengurus panti juga tidak keberatan. Mereka bersedia mengantar anak-anak panti ke rumah saya dengan menggunakan mobil operasional panti. Alhamdulillah, rumah kami yang mungil bisa menampung mereka.
Saya dibantu suami dan anak-anak memasak sendiri hidangan bukber untuk mereka. Menunya terdiri dari nasi putih, sayur sop, nugget ayam goreng, kerupuk, buah, dan air mineral. Menu bukbernya sederhana. Bukber hemat, tetap nikmat.
Sebelum berbuka, saya putarkan tayangan film dokumenter tentang Kota Mekkah dan Kota Madinah melalui overhead projector pinjaman dari tetangga. Suami yang menyiapkan. Saya yang memandu acara dan memberi penjelasan tambahan. Anak-anak saya yang berusia SD juga saat itu ikut bergabung menyaksikan tayangan tersebut. Â Â
Saya sengaja memutarkan film dokumenter tersebut agar anak-anak yatim ini tetap semangat mewujudkan cita-cita besar mereka. Melanglangbuanakan pikiran dan perasaan mereka ke negeri Mekkah dan Madinah. Negeri Nabi Muhammad SAW tercinta. Predikat sebagai anak yatim bukan halangan menuju kesuksesan.
Adzan Maghrib berkumandang. Waktu berbuka telah datang. Anak-anak gembira berseru. Mereka antre makanan satu per satu. Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah, serta pahala telah tetap, in syaa allaah.
Setelah berbuka, anak-anak balik lagi ke panti. Mobil telah siap menanti. Â Mereka harus segera melaksanakan salat maghrib. Kemudian bersiap-siap untuk salat isya dilanjutkan dengan salat tarawih.
Meskipun sekira 2 jam saja bersama anak-anak yatim ini, kata hati saling terpatri. Saat teraba hati mereka terluka, saya merasakan hal yang sama. Ketika rona bahagia terpancar di raut wajah mereka, merekalah sejatinya obat bahagia saya.
Anak-anak panti memang telah pergi. Namun, kehadiran mereka selalu di hati. Bukber kali ini sungguh berarti. Kenangannya tak akan pernah mati. Semoga pahalanya abadi.
Bukber hemat, tetap nikmat, in syaa allaah berkah melekat.