Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Bukber Hemat, Tetap Nikmat, In Syaa Allaah Berkah Melekat

20 April 2023   23:40 Diperbarui: 20 April 2023   23:50 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber dengan anak-anak panti asuhan. Foto: Universitas Gadjah Mada

Ramadan tiba, pertanda bukber ada. Sejak Ramadan beberapa tahun yang lalu, saya dan keluarga memiliki program buka bersama atau bukber dengan anak-anak panti asuhan. Rentang usia mereka bervariasi dari usia SD sampai SMA.

Biasanya kami yang datang ke panti membawa makanan berbuka sesuai jadwal yang telah disepakati. Konsep bukbernya semi prasmanan. Saya memesan menu bukber ke salah seorang teman yang memiliki usaha katering.

Saya pernah memesan paket menu bukber yang terdiri dari nasi, sayur sop, ayam, sop buah, dan krupuk. Pernah juga memesan paket baso tahu kuah ke kenalan yang lain. Setelah pesanan diantar ke panti asuhan yang dituju, saya, suami, dan anak-anak, dibantu pengurus panti menata makanan di atas piring atau mangkok.

Sebelum berbuka, acara diawali dahulu dengan tausyah oleh pengasuh panti asuhan. Tema tausyahnya berbeda-beda tergantung keperluan dan situasi saat itu. Lalu, acara dilanjutkan dengan doa bersama.

Pada mulanya, biaya untuk bukber menggunakan dana pribadi. Namun, setelah beberapa  teman tahu program bukber ini, mereka ikut berpartisipasi. Biasanya menyumbang uang. Yang awalnya dana ditanggung sendiri, sekarang bisa bareng-bareng. Secara pribadi sudah terjadi penghematan biaya.

Kami bekerja sama dengan panti asuhan yang berbeda-beda setiap tahunnya. Paling tidak panti asuhan yang ada di sekitar lingkungan kami tinggal. Sehingga, kehadiran kami di tengah masyarakat bisa sedikit memberi arti.

Suatu ketika, saya pernah kesulitan memesan menu bukber. Tidak ada yang mau mengelola dana donasi 850 ribu  untuk sekian porsi makanan. Walaupun saya coba dengan pendekatan sosial kedermawanan, tawaran saya tetap ditolak.

Saya harus bergerak cepat agar dengan dana terbatas tetap bisa diadakan acara bukber. Kali ini kami bukber dengan santri-santri TPA dan beberapa warga kurang mampu dari perumahan sebelah.

Salah satu teman mengajar saya sanggup membantu masak. Menunya ada nasi putih, capcay, dan ayam goreng. Kami berbagi daftar belanjaan. Proses memasak dan mengemas makanan dilakukan di rumah saya. Setelah beres, kami menuju masjid tempat bukber jam 4 sore. Wah, senangnya hati ini! Rasa lelah mendadak sirna.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun