Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibu Saya, Wanita Penjaga Dermaga

23 Desember 2022   23:48 Diperbarui: 24 Desember 2022   00:40 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa menu makanan yang dimasak dengan penuh cinta oleh ibu saya. Searah jarum jam: bakso, tahu campur, rujak cingur, rawon, sayur kelor, dan pecel. Foto: Dokpri

Dermaga adalah tempat kapal berlabuh atau bersandar untuk melakukan bongkar muat barang, baik untuk kepentingan ekspor maupun impor. Dermaga bisa juga bermakna tembok rendah penahan ombak di sepanjang tepi pantai di kawasan pelabuhan untuk keperluan bongkar muat barang.

Lalu, apakah ibu saya yang bernama Ninik Isniagi memang seorang penjaga dermaga seperti definisi dermaga di atas? Di dermaga mana ibu saya bertugas?

Ibu saya bukan penjaga dermaga tapi harus menjaga dermaga. DERMAGA yang dimaksud di sini adalah singkatan dari ibaDah, bERkebun, bERbagi, meMAsak, olahraGa, dan rekreAsi. Wah, apaan lagi ini? Ya, tentunya itulah kegiatan ibu saya sehari-hari yang bisa saya rangkum.

1. Ibadah
Ibu mengawali aktifitas ibadahnya sejak dini hari. Bahkan, mungkin saat anak cucunya masih terlelap dalam buaian mimpi. Begitu terjaga dari tidurnya dan mengaku tidak bisa melanjutkan tidur lagi selepas urusan domestik di kamar mandi, ibu lalu melakukan salat tahajud.Lisan ibu selalu basah oleh doa-doa panjang yang dilangitkan pada Tuhan-Nya di sepertiga malam terakhir. Orang tua, suami, anak cucu, dan menantu sudah pasti jadi bagian utama menu doanya. Doa apapun yang bisa ibu panjatkan untuk kebaikan, kebahagiaan, dan keselamatan hidup orang-orang tercinta di dunia dan akhirat.

Ibu bergegas pergi ke Masjid Al-Huda dekat rumah untuk menunaikan salat Subuh selepas azan berkumandang. Biasanya ibu berangkat berboncengan motor dengan Bu Siti, tetangga depan rumah. Mengapa mereka tidak berangkat dengan suami masing-masing? Karena, mereka adalah para janda yang suaminya berpulang saat pandemi covid-19.

Ibu tidak langsung pulang ke rumah selesai salat Subuh. Beliau melanjutkannya dengan membaca Alquran satu hari satu juz atau one day one juz (odoj). Adik perempuan saya lalu melaporkannya ke grup odoj ibu via smart phone-nya. Ibu saya terbiasa memakai hape sms bukan WA. Jadi, numpang kirim laporan gitu. Jika laporannya telat sebentar saja, ibu sudah ditanya-tanya teman grupnya karena ibu seringkali jadi pengirim pertama.


2. Berkebun
Ibu saya adalah pecinta berat bunga atau aneka tanaman lainnya.  Totalitas tanpa batas dan sedikit valas dalam merawat tanaman-tanaman kesayangannya. Istilahnya, beli bibit satu bisa tumbuh sampai seribu. Wajar saja jika rumah ibu saya di Lumajang terlihat ijo royo-royo dari depan sampai belakang. Ada bunga nusa indah, sirih merah, beras kutah, bugenvil, sri rejeki, lidah mertua, aglonema, janda bolong, dkk.

Ibu dan bunga-bunga kesayangannya. Foto: Dokpri
Ibu dan bunga-bunga kesayangannya. Foto: Dokpri
Selain menyiram dan menyiangi tanaman, kebiasaan ibu mengobrol dengan tanaman-tanamannya adalah mantra sakti penyubur alami. Jika hendak bepergian, hal yang selalu dipikirkan ibu adalah tanaman-tanamannya. Ibu tak segan menyewa orang untuk menjaga tanaman selama beliau bepergian.

"Aku akan pergi untuk sementara. Bukan meninggalkanmu selamanya. Aku akan balik lagi. Janji jangan rewel ya, sayang-sayangku. Assalaamu'alaikum." Wah, dialog ibu mirip lirik lagunya Duo Ratu zaman dulu.

Ibu sangat menikmati hobi berkebun. Sengatan matahari dan peluh keringat tak jadi masalah. Hitung-hitung sambil berkebun sambil berjemur. Pikiran senang, rezeki datang. Orang lain pun banyak yang menikmati hasil kebun ibu. Baik sengaja datang minta bunga atau diberi bunga sebagai tanda mata.

3. Berbagi
Saya bersyukur memiliki ibu yang senang memberi dan senang berbagi. Bagi saya tidak mengapa berbagi sedikit makanan tetapi banyak orang yang dapat. Kalau ibu saya berbagi banyak makanan kepada banyak orang. Apa-apa yang ibu keluarkan diganti berlipat oleh Allah. Tidak heran jika makanan begitu berlimpah di rumah ibu saya.

Ibu saya sering juga meminjamkan uang kepada kawan kerabat yang membutuhkan. Ada yang disiplin mengembalikan amanah hutang. Ada juga yang ngemplang. Padahal tanpa embel-embel bunga atau semacamnya. Uang kembali utuh saja sudah bagus. Kadang ibu jengkel menghadapi situasi ini, tetapi tetap tak berdaya jika ada yang memelas pinjam uang lagi. Jika ini yang terjadi, anak-anaknya deh yang gemes.

Saya sangat termotivasi dengan karakter senang berbagi yang dimiliki ibu saya. Saya berharap karakter ini menjadi gen yang bisa diwariskan kepada keturunan-keturunannya. Gen yang mendarah daging. Gen yang menghasilkan rasa bahagia karena membahagiakan orang lain. Bukankah rezeki kita sejatinya ada di kemuliaan dan kebahagiaan orang lain?

4. Memasak
Ibu saya adalah koki terbaik di dunia. Makanannya selalu enak karena dimasak dengan penuh renjana, rasa cinta yang kuat pada keluarga. Apapun masakannya selalu menggugah selera. Dikombinasikan dengan rasa lapar jadi ingin nambah dan nambah. Sayur kelor, tempe penyet, dan ikan asin adalah favorit keluarga kami. Sederhana tapi penuh makna.

Ibu saya sampai sengaja menanam pohon kelor di halaman depan dan belakang rumah. Ada juga pohon pisang, belimbing wuluh, jeruk purut, kunyit, jahe, kencur, kunci, kemangi, dll. Sewaktu-waktu perlu tinggal dipetik langsung. Ada juga kolam ikan lele. Lelenya beli di pasar kemudian dipelihara di kolam. Sewaktu-waktu perlu tinggal diambil dan diolah.

Beberapa menu makanan yang dimasak dengan penuh cinta oleh ibu saya. Searah jarum jam: bakso, tahu campur, rujak cingur, rawon, sayur kelor, dan pecel. Foto: Dokpri
Beberapa menu makanan yang dimasak dengan penuh cinta oleh ibu saya. Searah jarum jam: bakso, tahu campur, rujak cingur, rawon, sayur kelor, dan pecel. Foto: Dokpri
Ibu saya kalau masak suka banyak porsinya. Bikin sayur brongkos bisa sepanci gede. Alasannya biar bisa berbagi dengan yang lain. Dan benar saja. Tetangga dari ujung kanan sampai ujung kiri gang kebagian semua. Jika anak-anaknya balik dari mudik lebaran pasti dibekali bumbu pecel dan kering tempe bikinan sendiri. Nendang banget rasanya. Jadi kangen pulang kampung.

5. Olahraga
Olahraga mempertemukan ibu dan bapak saya sampai ke  pelaminan. Semasa mudanya dulu, mereka berdua adalah pemain voli. Ceritanya, ibu saya mengalami kekalahan dalam sebuah turnamen. Rasa kecewa yang menganga membuat ibu saya termehek-mehek di tengah lapangan. Bapak mendekati ibu untuk menghiburnya. Gayung bersambut dan mulailah tumbuh benih-benih kasih. Witing trisno jalaran soko kulino (awal cinta karena terbiasa). Mereka lalu menikah pada tahun 1971 lalu lahirlah kami berlima. Saya adalah anak tertua.

Setelah berumah tangga, ibu menekuni olahraga tenis lapangan bersama istri-istri karyawan pabrik gula tempat bapak bekerja. Gerakan ibu saya lincah, pergaulannya luas, dan dapat bonus sehat. Saya dan anak-anak karyawan lainnya juga dilatih bermain tenis oleh pelatih profesional. Pabrik yang memfasilitasinya.

Ibu saya aktif melakukan senam jantung sehat saat ini. Hampir tiap pagi ibu senam bersama teman-teman sekomunitas di GOR Wirabakti dekat rumah. Bermandikan cahaya matahari pagi, berhembuskan angin sepoi-sepoi. Meskipun setelah senam dilanjut dengan kulineran ini itu, yang penting hepi. Kadang-kadang dilanjut menengok temannya yang sedang berduka atau sakit. Bersosialisasi seperti ini pun membuat ibu saya bunga hati.

6. Rekreasi
Usia lansia tidak menghalangi ibu saya untuk jalan-jalan, rekreasi, dan relaksasi. Bersama keluarga, geng RT/RW, kelompok pengajian masjid, grup arisan, atau perkumpulan senam, ibu saya sudah mengunjungi tempat-tempat wisata seperti Borobudur, Watu Ulo, Pantai Kuta, Pesantren Darut Tauhid Bandung, Lembang, Batu Malang, Bromo, Pasir Putih, wisata Wali Songo, Kuala Lumpur, Thoif, dll.

Ibu bersama adiknya berwisata di daerah Subang. Foto: Dokpri
Ibu bersama adiknya berwisata di daerah Subang. Foto: Dokpri

Permintaan ibu saya terkadang cukup sederhana. Hanya ingin diantar adik saya berkeliling kota Lumajang, kota antimacet. Makanya, mau keliling berkali-kali juga tidak perlu waktu berjam-jam. Sebentar saja sudah balik lagi ke rumah. Gini saja sudah bikin ibu saya bahagia. Apa-apa yang membahagiakan ibu, saya pun turut bahagia.

"Ibu sudah tua. Dibawa santai aja. Nggak punya duit ya tinggal minta ke anak-anak. Hahaha," canda ibu suatu ketika. Ya, betul! Masa ibu  berpayah-payah merawat dan membesarkan anak-anaknya sudah usai. Sekarang giliran anak-anaknya membahagiakan beliau secara materi/nonmateri semampu mungkin. 

Setidaknya tidak jadi beban pikiran beliau.Itulah cerita tentang aktivitas ibu saya yang unik, seru, inspiratif, dan tetap energik di usia senjanya. Ibu yang semangatnya tak lekang oleh tantangan dan waktu. Senantiasa berkarya menjaga dermaganya agar terus bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain.

Keluarga bahagia. Foto: Dokpri
Keluarga bahagia. Foto: Dokpri
Dari kisah ibu saya yang aktif berkegiatan indoor dan outdoor, pantas rasanya jika beliau memerlukan produk kecantikan yang dapat menunjang aktivitas wanita berusia menjelang 69 tahun ini. Ratu tanpa mahkota tapi dirindukan di dunia sampai surga. Harta karun saya yang tak ternilai harganya. Akan saya jaga sepanjang masa. Ya Tuhan ... muliakan, bahagiakan, dan berikan dia hadiah terbaik-Mu di hari ibu 2022 ini.

Tulisan ini adalah hadiah buat hari ibu dari saya dan dari kompasiana untuk ibu saya dan ibu-ibu di seluruh dunia. Teruslah menjaga semangat berkarya, meskipun waktu berjalan dengan cepat. Percayalah, bahagia akan selalu kau dapat.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun