Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Belajar Ngaji Tiada Henti

28 April 2022   23:00 Diperbarui: 29 April 2022   16:52 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senangnya bila mengingat kenangan belajar ngaji saat kecil meskipun pernah bikin ngambek. Ilustrasi: ebookanak.com 

Dulu saat SD, aku belajar ngaji ke tetangga belakang rumah. Seneng banget ngaji bareng kawan-kawan. Apalagi saat Ramadan sambil menunggu waktu berbuka tiba.

Setiap sore terdengar suara anak-anak mengaji di rumah sederhana berkursikan amben. Yaitu, balai-balai dari bambu yang digunakan sebagai tempat tidur atau tempat duduk.

Alif fathah a, alif kasroh i, alif dhummah u. A, i, u. Begitu seterusnya sampai huruf ya. Ba sin sukun kasroh bis, mim lam sukun kasroh mil, lam ha sukun fathah lah. Bismillaah.

Begitu seingatku cara mengejanya. Entahlah pakai metode baca apa saat itu. Yang jelas sampai surat Al-Baqarah ayat 5, aku hafal saja di luar kepala.

Nah, saat masuk ayat ke-6 sampai 8 otakku mulai ngos-ngosan. Baru nyadar kalau selama ini cara bacanya dihafal. Antara lidi yang digunakan untuk menunjuk huruf-huruf dalam Alquran dan suara bacaan yang keluar nggak nyambung. Jadinya nggak hafal-hafal. Salah melulu.

Pak Guru memukul telapak tanganku dengan sebatang lidi sebagai hukuman. Auww, sakitnya tuh di sini (sambil memegang dada). Aku ngambek dan mogok ngaji sejak saat itu. Sementara semangat ngajiku masih tetap membara.

Kuceritakan pada bapak apa yang sesungguhnya terjadi. Nggak nyangka beberapa hari kemudian aku dibelikan Alquran yang ada tulisan latinnya. Petualangan seru dan belajar mandiri pun dimulai.

Kubaca ayat Alquran di lembar kiri lalu mencocokkan dengan tulisan latin di lembar kanan. Sampai menemukan pola bahwa huruf nun tasydid, tulisan latinnya adalah nn (dobel n), cara membacanya ditekan dan ditahan agak lama. Demikian seterusnya sambil mengandalkan feeling dan berdoa semoga bacaanku benar.

Tahun terus berganti. Sampai aku berumah tangga, usaha untuk memperbaiki bacaan Alquran terus kulakukan. Bergabung dengan beberapa komunitas pengajian, tetapi tak pernah benar-benar tuntas.

Artinya secara kuantitas bacaan tidak ada masalah tapi belum tentu dengan kualitasnya. Sampai akhirnya serius belajar ngaji secara formal dengan metode qiroaty di sekolah tempatku mengajar. Mulai dari nol lagi semuanya. Makhraj, tajwid, dan juga gharib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun