Dari Pamukkale, rombonganku menuju Konya. Selama perjalanan, cuaca tampak cerah, langit biru, dengan bukit batu dan ilalang di kanan kiri jalan tol. Pembayaran jalan tolnya dengan menempelkan kartu. Beberapa kali terlihat kincir angin raksasa di kejauhan.
Kunjungan pagi ini diawali ke Museum Sejarah Jalaluddin Rumi, Kota Konya. Nama lainnya adalah Museum Mevlana. Rumi adalah tokoh sufi di seantero dunia. Di kota Konya inilah beliau menghabiskan sebagian besar usianya hingga ia wafat. Melalui puisi-puisinya, Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat melalui cinta, bukan semata-melalui kerja fisik. Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.Â
Rumi juga terkenal dengan tarian sufinya dengan gerakan memutar ke arah kiri. Tarian ini tak hanya mengandalkan kekuatan cinta pada Ilahi saja, tapi juga makna filosofi kehidupan.Â
Filosofi pertama terletak pada bagian topi memanjang yang disebut sikke, melambangkan batu nisan para wali dan sufi yang ada di dataran Timur Tengah. Selanjutnya, jubah hitam dan tenur putih yang masing-masing melambangkan alam kubur dan kain kafan. Maknanya agar manusia selalu mengingat kematian, salah satu cara paling dahsyat untuk mengendalikan hawa nafsu dan ego duniawi.Â
Sementara itu, gerakan memutar ke arah kiri melambangkan putaran alam semesta, putaran tawaf di Ka'bah, dan putaran surgawi Ilahiah. Terakhir, kostum jubah berukuran besar mengikuti pakaian yang dikenakan Rasulullah SAW pada masanya. Itulah sekilas tentang makna tarian dan pakaian dari para sufi.
Memasuki kawasan museum ini akan terlihat ciri khas bangunannya berupa sebuah kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) yang diapit kubah-kubah bundar lainnya. Setelah melewati sebuah kolam yang dikelilingi pagar dan digunakan sebagai tempat berwudu, kami memasuki sebuah bangunan di mana Rumi beserta murid-murid dan putranya dimakamkan. Sebelum masuk, para pengunjung harus  menutupi telapak kaki dengan kantung plastik yang tersedia untuk menjaga kebersihan di dalam komplek makam. Ada kotak sumbangan sebelum pintu masuk. Yang mau menyumbang bisa langsung memasukkan uang ke dalam kotak.Â
Menuju ke arah dalam, pengunjung bisa melihat beberapa barang peninggalan para Sultan Ottoman. Ada juga baju-baju Jalaluddin Rumi, alat-alat musik, Al-Qur'an, dan sajadah. Makam-makam terawat dengan baik. Â Di beberapa bangunan museum terdapat patung lilin menyerupai para sufi waktu itu dengan tarian sufinya.Â