Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bangga Menjadi Perempuan

7 April 2022   13:49 Diperbarui: 7 April 2022   14:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan ...
You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik, cantik dari hatimu

Jika aku ditanya bagaimana rasanya jadi perempuan, tentu saja bangga banget. Gimana enggak coba? 

Perempuan sebagai anak, ia adalah pembuka pintu surga bagi ayahnya. Perempuan sebagai istri, ia adalah pendamping sehidup sesurga bagi suaminya. Dan perempuan sebagai ibu, di telapak kakinya bersemayam istana surga bagi anak-anaknya. Tuh kan, surga semua isinya.

Tuhan menciptakan makhluk satu ini dengan berbagai keunikannya. Konsentrasinya yang bercabang-cabang menjadikannya sosok multi tugas. Melakukan banyak hal dalam satu waktu adalah salah satu keahliannya. 

Saat bikin nasi sambil setrika pun jadi. Sambil gendong bayi sambil nyapu pun kelar. Saat mendampingi anak belajar di rumah bisa disambi menerima orderan online. Pakai sneaker atau high heel, siapa takut? Kece badai, kan ...

Perjuangan perempuan untuk keluarga tidak diragukan lagi. Mengasuh, mencintai, dan bertanggung jawab terhadap keluarga sebagai hal penting dalam hidupnya. Berkarier kantoran atau bekerja di rumah adalah cara berkontribusi terhadap keluarganya. 

Tidak heran jika Universal Networks International (UNI) menyebut perempuan sebagai High Heeled Warriors, yakni potret perempuan yang menghadapi berbagai tugas dan harapan, tetapi menjalaninya dengan kekuasaan, kecerdasan, dan kemampuan yang kian meningkat.

Aku bangga menjadi perempuan. Perempuan yang tengah berjuang melawan kanker payudara. Penyakit mematikan yang sempat membuat hidupku begitu horor. Namun, aku ternyata lebih berani dan lebih kuat daripada yang aku bayangkan. 

Perawatan medis yang panjang, berat, dan kisah jatuh bangun di dalamnya berhasil aku jalani dengan semangat. Pasrah tapi tidak menyerah. Bisa sampai di titik sekarang adalah karunia luar biasa. Serasa dapat bonus kehidupan. Begitulah cara Tuhan menyayangiku.

Selama menjalani perawatan medis hampir 2 tahun, aku telah bergabung dengan 3 komunitas menulis online, melahirkan 18 buku antologi, aktif menulis di kompasiana.com, dan menorehkan 5 penghargaan menulis. 

Tetap berkarya dan berprestasi di dunia kepenulisan adalah caraku merayakan Hari Perempuan Internasional. Aku bahagia karenanya. Bagaimana dengan kalian, parapuan?

Semoga aku bisa menginspirasi perempuan lainnya di manapun mereka berada. Bahwa, sekecil apapun kebaikan yang dilakukan perempuan sungguh berarti bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Perempuan bangga, perempuan berharga.

Tuhan ... jika Kau ciptakan kembali diriku, aku ingin tetap menjadi perempuan seperti diriku saat ini. Aku hanya minta Kau tambahkan rasa syukurku atas segala ketetapan-Mu. Karena, takdir-Mu selalu baik untukku. ***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun