Tujuan kedua adalah reruntuhan kota tua Ephesus, Seljuk. Mobil melewati daerah perkebunan. Makin ke dalam makin jauh dari jalanan umum, sepi. Aku rada tegang. Tepat di persimpangan jalan ada pos penjagaan. Seseorang berpakaian tentara memegang laras panjang. Yang kubayangkan adalah tentara Israel. Makin tegang saja. Semoga tidak kenapa-napa. Dan, akhirnya kami tahu bahwa mobil kami kesasar. Syukurlah! Kelegaan ini dibarengi dengan pemandangan kebun buah delima, apel, dan jeruk yang ijo royo-royo.Â
Sejak 5 Juli 2015, Ephesus masuk ke dalam UNESCO World Heritage Site untuk kategori bangunan cagar budaya. Kota ini sudah ada sejak sepuluh abad sebelum masehi. Selama bertahun-tahun kota Ephesus berganti-ganti penguasa. Mulai dari masa Yunani kuno, era kekaisaran romawi, jaman Byzantium hingga kekhalifahan Turki Utsmani. Setiap masa di Ephesus meninggalkan jejak sejarah berupa bangunan-bangunan meskipun beberapa di antaranya tinggal puing-puing atau bahkan fondasinya saja.Â
Terdapat reruntuhan Library of Celcus, sebuah perpustakaan yang dibangun sekira awal abad kedua masehi, di masa kekuasaan Romawi. Bangunan perpustakaan ini masih berdiri tegak meskipun hanya bagian depannya saja. Dari catatan sejarah, perpustakaan ini didesain oleh arsitek Romawi bernama Vitruoya dan dibangun menghadap ke timur.Â
Di depan bangunan perpustakaan berdiri empat patung wanita: Sophia melambangkan kebijaksanaan, Episteme berarti ilmu pengetahuan, Ennoia menyimbolkan kepandaian, dan Arete yang menggambarkan kebaikan. Sekarang, Library of Celcus menjadi ikon utama dari reruntuhan kota kuno Ephesus. Ada juga bangunan teater sebagai arena pertempuran para gladiator. Aku membayangkan nonton pertarungan gladiator. Koq ngeri, ya!Â
Mengunjungi kota tua Ephesus sungguh mengesankan. Aku dibuat kagum oleh hasil karya peradaban masa lalu. Dengan pengetahuan dan teknologi di masa itu, mereka sanggup membuat sebuah bangunan sangat megah, artistik, detail, dan juga kokoh.Â
Selain peperangan demi peperangan, penyebab runtuhnya kota kuno Ephesus ini adalah karena gempa bumi. Namun, meski pernah diguncang gempa beberapa kali, beberapa bagian dari bangunan Library of Celcus masih berdiri tegak hingga saat ini. Ini membuktikan hasil karya arsitektur masa lalu memang sangat kokoh.Â
Oh ya, di komplek Ephesus ini banyak dijumpai pohon zaitun dan pohon tin. Â Buahnya berjatuhan di mana-mana. Pohonnya rimbun. Berteduh di bawahnya kala panas mulai menyengat pasti terasa nyaman.
Tujuan ketiga adalah Masjid kuno Isabey, Seljuk, untuk melakukan salat Jumat. Masjid Isabey atau dalam bahasa Turki disebut Isabey Camii, mungkin tak sepopuler masjid lainnya. Masjid ini terletak di antara Gereja Santo Jean dan Kuil Artemis di pinggiran Bukit Ayaslug di Seljuk, Izmir, yang dahulunya dikenal dengan Ephesus.Â
Masjid Isabey dibangun pada tahun 1374. Arsitektur peninggalan Beylik Anatolia ini menggunakan batu bata besar untuk menaranya. Perancangnya adalah Ali bin al Mushimish-Damishki dari Suriah. Ada dua pintu masuk pada masjid ini, di timur dan di barat, berdinding bebatuan marmer.Â
Masjid Isabey sengaja dibangun tidak simetris di atas lahan seluas 48 m x 56 m. Lingkaran dua kubahnya dihiasi dengan pirus dan fayans biru yang mencerminkan karakteristik gaya Ottoman. Karena usianya yang sangat tua, beberapa bagian masjid ini sudah tidak utuh lagi. Salah satunya bagian dinding yang keropos. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H