Menunya ada paha ayam goreng ukuran jumbo. Seporsi isi dua paha ayam. Saat terlelap tidur, tiba-tiba kakiku kram lagi. Sakit sekali. Spontan suamiku bangun memijat kakiku.Â
Pagi hari saat membuka jendela kamar, aku benar-benar disuguhi pemandangan bukit dengan banyak rumah dan hotel di atasnya. Takjub. Restoran hotel ini menyajikan masakan internasional.Â
Aku memilih tumis terong, paprika, tomat, salad sayur, buah-buahan, roti, selai, madu, dan aneka kacang-kacangan. Setelah berfoto dengan anggota rombongan yang lain, aku dan suamiku mencari udara segar di teras restoran. Bbrrhh. Masih dingin ternyata.
Hari Kedua. Bagi turis yang mengunjungi Turki dalam jumlah besar dan memakai jasa agen travel, biasanya akan dibawa ke salah satu toko oleh-oleh. Kata Winta, pemandu wisata dari Indonesia, ini adalah kerja sama antara agen travel dengan pemerintah Turki dalam mendukung bisnis wisata mereka. Pendapatan diperoleh dari para turis yang belanja di toko. Jika ada agen travel yang melanggar kerja sama ini bisa kena sanksi.Â
Kami mampir ke Toko Munira yang menjual berbagai macam barang. Ada parfum, sabun, safron, cokelat, Turkish delight (dodol Turki), teh apel, kacang-kacangan, minyak zaitun, dll.
Pelayannya pandai sekali berpromosi pakai Bahasa Inggris disertai demo produk. Beberapa helai safron yang katanya asli, saat dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan mengubah warna air menjadi kuning secara perlahan.Â
Dia juga menjelaskan tentang minyak zaitun yang asli. Pengunjung pun seperti terhipnotis, manggut-manggut, lalu dipersilahkan mencicipi produknya. Aku tergoda juga membeli sebotol minyak zaitun dan sekilo dodol  Turki  dengan harga lebih dari setengah juta. Rada kaget gimana gitu.Â