Mengapa dinamakan Masjid Biru? Karena interiornya dilapisi oleh 20.000 lebih ubin Iznik berwarna pirus dengan desain tulip merah. Selain itu, lantai dua masjid juga dicat biru dengan cahaya matahari yang masuk melalui lebih dari dua ratus jendela kaca patri. Selain untuk ibadah, Masjid Biru dibuka juga untuk kunjungan wisata di luar waktu salat wajib berjemaah lima waktu.
Setelah dari Masjid Biru kami beranjak ke Topkapi Palace melewati beberapa tugu tinggi yang disebut Hippodrome. Hippodrome dibangun oleh kaisar Romawi  bernama Septimus Severus pada tahun 203 SM.Â
Pada masanya, Hippodrome digunakan sebagai pusat aktivitas olah raga, arena pacuan kereta kuda, acara seni, dan pertarungan gladiator saat itu. Penonton melihat atraksi dari tribun. Arena pertunjukannya mirip dengan lapangan sepak bola saat ini walaupun berbeda ukuran dan bentuknya. Sekarang tempat ini terlihat seperti taman biasa.
Topkapi Pallace atau Istana Topkapi adalah kediaman resmi Sultan Utsmaniyah (Sultan Ottoman) selama lebih dari enam ratus tahun. Istana ini dibangun pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Pintu gerbangnya mirip benteng Takeshi.Â
Banyak bangunan kecil di dalamnya. Setiap bangunan bak diorama besar, menceritakan tentang masa kejayaan Kesultanan Utsmaniyah yang mengagumkan. Terbayang betapa enaknya tinggal di istana ini, dikelilingi taman-taman dengan bunga-bunganya yang cantik sambil menikmati pemandangan Laut Marmara dan Selat Bosphorus di kejauhan.Â
Banyak koleksi benda peninggalan Kesultanan Ottoman ini. Termasuk peninggalan penting dari dunia Muslim yaitu pedang dan jubah Nabi Muhammad SAW. Ada peristiwa lucu saat Elif menjelaskan tentang sejarah Topkapi Pallace. Aku dan suamiku melipir pelan-pelan ke belakang lantas kabur memasuki area dalam istana.Â
Sejarah tentang tempat wisata yang dikunjungi bisa didapat dari internet. Tetapi, durasi kunjungan cukup terbatas sehingga aku tidak mau kehilangan momen untuk foto-foto dengan latar belakang pemandangan istana. Karena lelah berjalan dengan sepatu berhak lima sentian dan hawa dingin yang merasuk ke dalam sepatu, kakiku mengalami kram. Atau, inikah hukuman karena kabur? Aku tidak peduli. Pada saatnya harus berkumpul di tempat yang telah ditentukan, peserta tur datang terlambat. Ini membuat Elif agak kesal. Â
Kami menginap di Celik Palace Hotel Bursa. Hotel bintang lima ini menawarkan panorama Bursa dengan latar belakang Gunung Uludag yang terkenal dengan wisata saljunya. Masuk hotel disambut dengan makan malam.Â