"Shalat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu." (HR. Al Baihaqi)
Beberapa waktu lalu, kaum Muslim memperingati hari besar Islam yang bernama Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah peristiwa penting bagi tegakknya Islam. Ia adalah sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika mendapatkan perintah shalat dari Allah SWT. Peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 masa kenabian. Berlangsung dari setelah tengah malam sampai sebelum subuh.
Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina dengan menaiki Buraq. Sedangkan Mi'raj adalah perjalanan lanjutan beliau dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha dengan ditemani Malaikat Jibril untuk menghadap Allah SWT.
Peristiwa Isra' Mi'raj diabadikan dalam surat Al-Isra' ayat 1. Artinya: "Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Nabi Muhammad SAW harus melewati tujuh lapis langit untuk sampai ke Sidratul Muntaha. Malaikat Jibril mengenalkan para nabi yang menghuni setiap lapisan langit. Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam AS di langit pertama. Lalu beliau bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua, bertemu dengan Nabi Yusuf AS di langit ketiga, bertemu dengan Nabi Idris AS di langit keempat, bertemu dengan Nabi Harun AS di langit kelima, bertemu dengan Nabi Musa AS di langit keenam, dan bertemu dengan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh.
Di Sidratul Muntaha, Allah SWT memerintahkan shalat 50 waktu dalam sehari. Namun, kemudian dikurangi menjadi 10 waktu sampai akhirnya dikurangi lagi menjadi 5 waktu. Nabi Musa AS yang menyarankan Nabi Muhammad SAW untuk meminta keringanan jumlah shalat kepada Allah SWT agar umat beliau tidak merasa berat melaksanakannya. Sebab, Bani Israil sebagai umat Nabi Musa AS tidak sanggup menerapkan 50 kali shalat dalam sehari. Sekembali dari Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW merasakan kenikmatan dan ketenangan.
Ada beberapa makna yang bisa diambil dari Isra' Mi'raj, mukjizat besar yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu:
1. Hadiah. Shalat adalah hadiah terindah, hiburan ilahiyah paling berharga untuk Nabi Muhammad SAW setelah kedukaan beliau yang mendalam dan kesabarannya yang kuat. Mengapa? Sebab, pada tahun ke-10 masa kenabian (tahun kesedihan), istri dan paman beliau yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib, meninggal dunia. Kaum Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi SAW. Tantangan dakwah dan penderitaan semakin berat. Shalat dan sabarlah yang menjadi penolong beliau. Â Â
2. Keimanan. Akal manusia akan sulit menerima kenyataan bahwa ada orang yang mampu melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu dengan super duper cepat. Hanya keimanan yang tunduk membenarkan peristiwa itu. Abu Bakar sebagai pemeluk Islam pertama di luar keluarga Nabi SAW, sahabat tercinta beliau yang mengorbankan harta bendanya untuk perjuangan Islam, adalah orang pertama yang mengimani peristiwa Isra' Mi'raj. Sehingga, gelar As-Shiddiq yang artinya "amat membenarkan" diberikan kepada Abu Bakar.
3. Kewajiban. Hukum shalat adalah wajib. Jika dilaksanakan berpahala, jika ditinggalkan berdosa. Maka, bagaimanapun kondisinya, shalatlah! Baik saat sehat atau sakit, saat lapang atau sempit, saat muda atau tua, saat kaya atau miskin. Selama masih hidup maka shalat itu wajib hukumnya bagi seorang muslim. Jika tidak mampu shalat dengan rasa ikhlas, maka shalatlah meskipun dengan terpaksa. Daripada secara sukarela masuk neraka gara-gara tidak shalat.