Seoul adalah ibu kota Korea Selatan. Kota ini adalah pusat politik, budaya, sosial, ekonomi, bisnis, keuangan, perusahaan multinasional, dan organisasi global. Sampai sekarang, Seoul dianggap sebagai sinar dari keajaiban ekonomi Korea, ekonomi Asia Timur.
Menurut catatan sejarah, Korea dimulai dengan pembentukan Joseon pada tahun 2333 SM oleh Dangun. Namun, setelah penjajahan Jepang di tahun 1945, Korea terbagi atas dua wilayah sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh PBB. Korea bagian utara dikuasai oleh Uni Soviet sedangkan bagian selatan dikuasai oleh Amerika Serikat. Perjanjian tersebut secara tidak langsung telah memicu perbedaan sistem pemerintahan antara Korea bagian selatan (komunis) dengan Korea bagian utara (republik).
Sebagai kota metropolitan yang maju dan moderen, Seoul juga mempunyai banyak tempat wisata yang asyik dikunjungi. Beberapa di antaranya dijadikan lokasi syuting drama Korea yang nge-hits. Penasaran? Yuk, ikuti petualanganku!
Namsan Seoul Tower. Namsan Tower (Menara Namsan) berdiri tegak di hadapanku bagai meneropong seluruh penjuru kota Seoul, mengikuti aliran sungai Han yang membelah kota dengan kapal-kapal pesiar melintasinya. Panorama musim semi sungguh menawan. Di antara bunga sakura putih yang bermekaran, ada pohon yang meranggas menyisakan batang dan ranting kecoklatan. Hatiku lembut berbisik,"Ini nyata ya Allah. Aku belum pernah ke sini sebelumnya. Aku hanya melihatnya di internet, drama korea, atau liputan wisata di tivi. Tapi sekarang, ini di depan mataku. Ini sangat nyata. Aku melihat sesuatu yang baru saja kulihat dalam mimpiku." Mimpi adalah pintu gerbang sebuah kenyataan.
Namsan Seoul Tower merupakan menara transmisi terpadu pertama di Korea yang menyiarkan siaran televisi dan radio di ibu kota. Tempat wisata dengan tipe menara yang pertama di Korea ini dilengkapi dengan sebuah observatorium digital, teras di atap, restoran, dan toko oleh-oleh di lantai bawah. Tingginya 236 meter. Dibangun pada tahun 1969 dan mulai dibuka pada 15 Oktober 1980.
Menara ini dikelilingi oleh Gunung Namsan sehingga tempat ini sangat asyik untuk bersantai. Mirip KL Tower di Kuala Lumpur atau Macau Tower di Macau. Di lokasi ini ada juga gembok cinta yang dikaitkan ke pagar besi. Gembok ditulisi nama pemiliknya. Nama Asep sempat terciduk di antara ribuan gembok. Ada juga yang menulis harapan cintanya di sticky note. Aku sih enggak ikut-ikutan. Selain enggak bawa gembok, bagiku, merawat cinta itu lebih penting daripada sekedar memasang gembok cinta atau menulisnya di kertas.
Saat itu banyak rombongan murid SMP dan SMA yang berkunjung ke Namsan Tower. Ada juga acara foto bersama peserta Korea Hanbok Beauty Pageant. Kontes kecantikan gadis-gadis Korea berbusana hanbok, busana tradisional Korea. Peserta kontes ada empat puluh berusia dua puluh tahunan. Wajah mereka putih mulus dengan riasan minimalis tapi menarik. Lalat saja bisa tergelincir jatuh jika mendarat di pipi mereka. Meskipun belum tentu mereka melakukan operasi plastik tetapi operasi plastik di Korea Selatan adalah hal yang biasa. Bisa jadi di Indonesia harus berdarah-darah mengumpulkan dana selama sekian tahun untuk melakukan operasi plastik. Tetapi di Korea, orang tua menjadikan operasi plastik sebagai hadiah ulang tahun anaknya. Wow! Â Â
Kimchi School. Adalah toko untuk belajar membuat santapan khas Korea yaitu Kimchi. Santapan ini disajikan sebagai teman masakan utama nasi putih dan lauk pauk. Fungsi kimchi yang tergolong unik ini bisa menetralisir dominasi rasa makanan utama atau memperkaya rasa menu utama yang tawar. Kimchi memperoleh penghargaan dunia sebagai salah satu dari lima produk makanan sehat yang dapat melancarkan pencernaan, seperti halnya yakult atau yoghurt. Selama beberapa kali makan kimchi, rasa dan aromanya berbeda-beda. Dari yang asamnya ringan sampai kecut banget. Dari yang aromanya segar hingga busuk sampai-sampai tidak berselera untuk memakannya. Â
Ada beberapa jenis kimchi di Korea. Antara lain kimchi sawi putih, kimchi lobak putih, kimchi daun perila, kimchi buah bit, kimchi daun bawang, kimchi mentimun, dan kimchi kuah dari irisan tipis lobak putih dan sawi putih. Kimchi ini kalau di Indonesia mirip asinan sayur Bogor yang berkuah.
Di pintu masuk Kimchi School, kami disambut ramah oleh seorang eonni cantik berhanbok. Eonni adalah panggilan untuk kakak perempuan. Dia menjelaskan tentang cara dan praktik langsung pembuatan kimchi. Penjelasannya menggunakan Bahasa Korea. Heri Oppa menerjemahkannya untuk kami. Sepanjang menuju ke kelas kimchi terdapat tontonan berupa diorama tentang proses pengolahan rumput laut secara tradisional maupun moderen sampai menjadi lembaran kudapan renyah dan gurih. Sederhananya rumput laut dihaluskan, diberi bumbu, dicetak menjadi lembaran, dikeringkan, dipotong, dan dikemas. Menarik sekali!
Di meja kelas sudah tersedia piring, sarung tangan plastik, sawi putih, dan bumbu kimchi. Bumbunya: irisan daun bawang, bawang putih, jahe, bubuk cabe, garam, gula, garam kasar, kecap ikan, dan air secukupnya. Semua bahan dicampur rata.
Cara membuat kimchi yaitu sawi putih utuh yang sudah dicuci bersih direndam air garam sampai layu lalu dicuci lagi. Sawi utuh dibelah menjadi dua bagian. Bumbu kimchi dibalurkan merata pada sawi hingga ke sela-sela terdalamnya sambil diremas sedikit agar sawi menyerap bumbunya. Setelah rata lalu sawi diikat dengan lembaran daun bagian terluarnya. Kimchi ditaruh dalam wadah yang tertutup rapat lalu didiamkan selama dua hari sebelum disantap. Kami juga diajari membuat kudapan nasi dan rumput laut kering. Rumput laut dihancurkan menjadi remahan kecil-kecil, dicampur dengan nasi, lalu dibentuk seperti bola-bola kecil. Di sini dijual juga cemilan rumput laut. Â
Korea Hanbok Traditional Costume. Setelah itu kami diarahkan ke dalam sebuah ruangan berisi pakaian tradisional masyarakat Korea, hanbok. Sudah ramai di sana. Ada petugas dan rombongan tur lainnya. "Han" adalah sebutan untuk Korea, dan "bok" berarti pakaian. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, garis yang sederhana, serta tidak memiliki saku. Hanbok biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam upacara atau festival tradisional. Hanbok bagian atas disebut jeogori, berlengan panjang, bagian belakangnya sepanjang tulang selangka, bagian depannya sepanjang perut dengan pita di bagian dada. Hanbok bagian bawah disebut chima, rok lebar yang dipasang di bagian dada dengan ukuran sepanjang mata kaki. Penutup kepalanya berupa topi seperti kopiah dengan hiasan manik-manik melengkung di sisi kanan kiri topi. Bagian tengah topi dipasang hiasan dari potongan benang yang diikat.  Â
Aku suka sekali memakai hanbok ini. Kupilih jeogori warna biru dengan paduan benang mengkilat berwarna keperakan, chima warna merah senada dengan topi dan kerudungku. Selesai memakai hanbok, aku berfoto-foto di berbagai objek yang ada di ruangan tersebut. Ada properti berupa lukisan dinding tiga dimensi, patung kayu, sumur zaman dulu, alat penumbuk dari kayu, tempayan untuk menyimpan kimchi, dan juga kereta kayu untuk memandu orang. Mengenakan hanbok tidak dikenai biaya alias gratis.
Dongdaemun Market. Adalah pusat perbelanjaan terbesar di Korea Selatan yang menjual barang secara eceran maupun grosiran. Pasar ini dibuka pada Juli 1905. Pasar Dongdaemun menjual berbagai makanan, pakaian, tas, sepatu, mainan, alat olahraga, elektronik, dan suvenir. Kami masuk ke salah satu toko suvenir. Salah satu pegawainya adalah wanita Indonesia. Jadi gampang jika ingin bertanya-tanya. Aku membeli banyak suvenir berupa sumpit logam berongga, magnet kulkas, dompet kain, tatakan gelas, kipas, dan kaus yang bertuliskan huruf Korea. Setelah kutanyakan ke pegawai tadi ternyata itu adalah urutan abjad Korea. Aman berarti.
Urban Place Gangnam Station Hotel Seoul. Kami menginap di sini selama dua malam. Sebuah hotel kecil bintang tiga yang terletak di lokasi strategis Gangnam. Pernah dengar lagu yang berjudul Gangnam Style, kan? Ya, Gangnam adalah sebuah kawasan elit di Kota Seoul. Katanya, banyak idola Korea atau sosialita yang tinggal di situ. Kamar hotelnya tidak terlalu luas. Ada fasilitas berupa tivi layar datar, kulkas, penyejuk udara, dan internet gratis.
Ginseng Shop. Sebagai negeri ginseng, wajar jika pemerintah Korea Selatan mewajibkan para turis datang ke toko-toko resmi yang menjual ginseng atau produk kecantikan. Agen perjalanan akan membawa rombongan ke toko yang sudah bekerja sama. Pegawai toko ginseng menjelaskan tentang tumbuh kembang tanaman yang juga berfungsi sebagai obat itu hingga akhirnya bisa dipasarkan. Konsep kunjungannya tetap jualan. Jadi, jangan heran kalau ujung-ujungnya setelah produk-produk itu dijelaskan, mereka akan menawarkan barang itu untuk dibeli. Tidak perlu khawatir bila ingin mendapatkan penjelasan tentang produk yang mereka tawarkan. Sebab, ada juga pelayan dari Indonesia. Lelaki putih asal Palembang. Para pengunjung juga ditawari minuman ginseng di toko ini. Setelah tahu tanaman ginseng Korea, ternyata berbeda dengan ginseng versi Indonesia yang kukenal selama ini. Yang daunnya bisa dijadikan tumisan atau campuran mi rebus. Olala.
The odbo Total Care Program. Saat ini kosmetik Korea menjadi terkenal. Produk-produknya sudah merambah ke pasar Asia dan benua lain. Salah satu merek kosmetik yang berasal dari Korea adalah The Odbo, perawatan kulit berkualitas. The Odbo dibuat dan didistribusikan oleh perusahaan kosmetik terkenal Korea bernama Faceshop. The Odbo menawarkan produk Wrinkletox, BB Cream, Aqua Soothing Essence, Collagen Hydra Mask, dll. Melihat dan mencuri dengar dari pembeli bahwa harganya selangit, aku hanya membeli masker wajah merek lain yang juga dijual disitu. Ternyata harganya lebih mahal dibandingkan dengan Pasar Myeongdong. Huhuhu. Oya, aku sempat ditegur pegawai saat merekam gambar di dalam toko. Padahal aku hanya merekam foto Song Joong Ki yang jadi bintang iklan di mana-mana. Maafkeun, ya ...
Red Pine Medicine Shop. Toko yang menjual suplemen kesehatan yang terbuat dari cemara merah. Mbak pelayannya adalah orang Indonesia yang sudah lama bekerja di Korea. Ia menjelaskan dan mendemokan mujarabnya suplemen ini. Cairan obat diteteskan ke dalam larutan berisi lemak sapi berwarna putih padat. Setelah diaduk-aduk, lemaknya hilang dalam larutan. Ya, obat ini bisa melancarkan peredaran darah yang tersumbat lemak sehingga terhindar dari stroke. Cara penggunaannya pun mudah.  Semuanya sudah dikemas dalam bentuk kapsul. Tinggal glek saja maka akan terbebas dari sakit-sakitan. Namun, tetap saja jantungan saat melihat harganya yang mencapai sepuluh juta untuk satu paket komplit. Ups! Berdoa terus agar Allah SWT menyehatkanku dan keluarga.
Shilla Duty Free Store. Jika ingin belanja namun malas mengurus tax refund untuk beberapa produk kena pajak di bandara, The Shilla Duty Free Store adalah pilihan yang sesuai. Kita bisa membeli produk bebas pajak di sini sehingga tidak perlu repot mengurus tax refund di bandara. Berbagai merek kosmetik dijual di sini. Ada Shulwaso, Innisfree, Etude House, Laneige, dll. Pelayannya tidak reseh meskipun tidak bisa berbahasa Inggris. The Shilla  merupakan hotel mewah yang memiliki  mal di dalamnya. Sederetan artis Korea menggelar pesta pernikahannya di hotel ini termasuk Song Joong Ki dan Song Hye Kyo atau Song-Song couple pada 31 Oktober 2017. Sampai hafal, euy!
Myeongdong Fashion Street. Salah satu surga belanja penggemar produk perawatan kulit dan kosmetik di Seoul. Harganya terjangkau. Bisa dapat free tester juga! Sebelum berbelanja, aku bertanya ke pihak toko apakah ada diskon atau tidak. Biasanya banyak toko yang memberi potongan harga lumayan di waktu-waktu tertentu. Wah, sudah harganya lebih murah daripada di Indonesia masih ada diskonnya lagi! Bikin kalap dompet. Di jalanan depan pertokoan ada beberapa penjual baju. Juga berjejer pedagang makanan jalanan di area Myeongdong. Aku membeli kue telur yang penjualnya orang India. Dia memberiku salam muslim. Aku juga membeli seporsi kecil tteokbokki, ciloknya orang Korea. Makanan ini diolah dari tepung beras yang telah dibuat menjadi potongan silindris berukuran sedang. Kemudian direbus dengan kuah khas tteokbokki yang rasanya pedas. Makanan ini cocok dikonsumi baik di musim panas ataupun musim dingin. Konon tteokbokki adalah makanan favorit para remaja Korea. Pantas sering melintas di adegan drakor. Beberapa kios ada yang menempel stiker halal dalam Bahasa Arab tetapi tidak ada nama lembaga dan nomor serinya sehingga tidak meyakinkan.
The National Folk Museum of Korea. Korea Selatan tidak melulu bicara tentang K-Pop dan dramanya tetapi juga sejarah dan budayanya. The National Folk Museum of Korea (Museum Nasional Rakyat Korea) adalah salah satu tempat terbaik untuk mempelajarinya. Museum yang terletak di halaman Istana Gyeongbokgung ini menggunakan replika benda-benda bersejarah untuk mengilustrasikan kehidupan masyarakat Korea pada masa lalu hingga sekarang.Â
Museum ini memiliki tiga ruang pameran utama dengan lebih dari 98.000 artefak. Ruang pertama bertema "Sejarah Orang Korea" yang menampilkan peralatan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea sejak zaman prasejarah sampai akhir Dinasti Joseon pada tahun 1910. Ruang kedua bertema "Korean Way of Life" yang menggambarkan masyarakat desa Korea zaman kuno. Ruang ketiga bertema "Siklus Hidup Orang Korea" yang mengisahkan bagaimana akar ideologi konfusianisme muncul pada sebagian besar kebudayaan Korea. Fasilitas lainnya di museum ini adalah ruang kuliah berkapasitas 230 bangku, perpustakaan, kafe, dan toko cendera mata. Biaya masuk ke museum ini sudah menyatu dengan biaya masuk ke Istana Gyeongbokgung. Pengunjung tidak boleh memotret bagian dalam museum.
Gyeongbok Palace. Masih pagi saat rombongan sampai di lokasi wisata ini. Dingin tetap menyergap masuk sepatu dan kaus kakiku sehingga ingin ke toilet terus. Istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul ini adalah yang terbesar dari lima istana besar yang dibangun oleh Dinasti Joseon pada tahun 1394. Istana Gyeongbok merupakan saksi sejarah atas penjajahan Jepang kepada Korea. Istana ini adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea yang berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi.Â
Bangunan utama dari Istana Gyeongbok termasuk Geunjeongjeon (Ruangan Tahta Raja) dan Paviliun Gyeonghoeru yang memiliki kolam bunga teratai dan 48 buah tiang tonggak granit. Istana Gyeongbok saat ini dibuka untuk umum dan Museum Nasional Rakyat Korea (National Folk Museum of Korea) berada di dalamnya. Walaupun ramai pengunjung tetapi banyak ruang terbuka di istana ini sehingga tidak perlu berdesak-desakan. Turis bisa mengenakan pakaian hanbok di sini sehingga tidak heran tempat ini cocok untuk berfoto ria. Aku dan Teh Nha "menculik" seorang laki-laki remaja yang berpakaian hanbok untuk berfoto. Hehehe.
Cherry Blossom at Yeouido Street. Yeongdeungpo Yeouido Spring Flower Festival adalah festival bunga sakura yang paling populer di Seoul. Letaknya di sepanjang Sungai Han. Ini adalah tempat yang indah untuk menikmati liburan di bawah pohon sakura! Pemandangan menjadi lebih indah saat malam hari karena dihiasi banyak lampu. Di sini juga banyak gerai makanan sambil menikmati beragam pertunjukkan.
Amethys Shop. Di toko perhiasan ini, kami diberikan penjelasan bagaimana mengolah batu ametis yang diambil dari daerah pegunungan menjadi berbagai macam perhiasan yang indah. Batu ametis atau batu kecubung adalah jenis batuan mineral kuarsa. Batu kecubung berwarna merah muda sampai ungu. Biasanya warna ini digunakan oleh raja, ratu, dan anggota keluarga kerajaan lain. Kualitas batu kecubung yang ditawarkan berbeda-beda tergantung pada tingkat kekerasan batu yang terkait dengan umur batu itu sendiri. Setelah penjelasan singkat itu, kami dipersilahkan melihat produk-produk yang dijual dalam etalase kaca. Aku tidak membeli satu pun karena memang kurang minat lagi. Semua perhiasan emas yang pernah kupakai sudah kutanggalkan. Ada beberapa yang dijual untuk biaya umrah pertama.  Saat kuliah dulu, aku tuh ibarat toko emas berjalan. Anting, kalung, gelang tangan, cincin, dan gelang kaki dipakai semua. Cincin juga enggak cukup satu. Setelahnya, ada masa aku senang memakai perhiasan imitasi tetapi akhirnya bosan juga.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H