Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Seputar Kota Seoul

22 Maret 2022   15:08 Diperbarui: 22 Maret 2022   15:17 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Gyeongbok ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Foto: Dokumen Pribadi. 

The National Folk Museum of Korea. Korea Selatan tidak melulu bicara tentang K-Pop dan dramanya tetapi juga sejarah dan budayanya. The National Folk Museum of Korea (Museum Nasional Rakyat Korea) adalah salah satu tempat terbaik untuk mempelajarinya. Museum yang terletak di halaman Istana Gyeongbokgung ini menggunakan replika benda-benda bersejarah untuk mengilustrasikan kehidupan masyarakat Korea pada masa lalu hingga sekarang. 

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi

Museum ini memiliki tiga ruang pameran utama dengan lebih dari 98.000 artefak. Ruang pertama bertema "Sejarah Orang Korea" yang menampilkan peralatan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea sejak zaman prasejarah sampai akhir Dinasti Joseon pada tahun 1910. Ruang kedua bertema "Korean Way of Life" yang menggambarkan masyarakat desa Korea zaman kuno. Ruang ketiga bertema "Siklus Hidup Orang Korea" yang mengisahkan bagaimana akar ideologi konfusianisme muncul pada sebagian besar kebudayaan Korea. Fasilitas lainnya di museum ini adalah ruang kuliah berkapasitas 230 bangku, perpustakaan, kafe, dan toko cendera mata. Biaya masuk ke museum ini sudah menyatu dengan biaya masuk ke Istana Gyeongbokgung. Pengunjung tidak boleh memotret bagian dalam museum.

Gyeongbok Palace. Masih pagi saat rombongan sampai di lokasi wisata ini. Dingin tetap menyergap masuk sepatu dan kaus kakiku sehingga ingin ke toilet terus. Istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul ini adalah yang terbesar dari lima istana besar yang dibangun oleh Dinasti Joseon pada tahun 1394. Istana Gyeongbok merupakan saksi sejarah atas penjajahan Jepang kepada Korea. Istana ini adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea yang berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi. 

Istana Gyeongbok ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Foto: Dokumen Pribadi. 
Istana Gyeongbok ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Foto: Dokumen Pribadi. 

Bangunan utama dari Istana Gyeongbok termasuk Geunjeongjeon (Ruangan Tahta Raja) dan Paviliun Gyeonghoeru yang memiliki kolam bunga teratai dan 48 buah tiang tonggak granit. Istana Gyeongbok saat ini dibuka untuk umum dan Museum Nasional Rakyat Korea (National Folk Museum of Korea) berada di dalamnya. Walaupun ramai pengunjung tetapi banyak ruang terbuka di istana ini sehingga tidak perlu berdesak-desakan. Turis bisa mengenakan pakaian hanbok di sini sehingga tidak heran tempat ini cocok untuk berfoto ria. Aku dan Teh Nha "menculik" seorang laki-laki remaja yang berpakaian hanbok untuk berfoto. Hehehe.

Menikmati cherry blossom di Yeouido Street. Foto: Dokumen Pribadi.
Menikmati cherry blossom di Yeouido Street. Foto: Dokumen Pribadi.

Cherry Blossom at Yeouido Street. Yeongdeungpo Yeouido Spring Flower Festival adalah festival bunga sakura yang paling populer di Seoul. Letaknya di sepanjang Sungai Han. Ini adalah tempat yang indah untuk menikmati liburan di bawah pohon sakura! Pemandangan menjadi lebih indah saat malam hari karena dihiasi banyak lampu. Di sini juga banyak gerai makanan sambil menikmati beragam pertunjukkan.

Amethys Shop.  Di toko perhiasan ini, kami diberikan penjelasan bagaimana mengolah batu ametis yang diambil dari daerah pegunungan menjadi berbagai macam perhiasan yang indah. Batu ametis atau batu kecubung adalah jenis batuan mineral kuarsa. Batu kecubung berwarna merah muda sampai ungu. Biasanya warna ini digunakan oleh raja, ratu, dan anggota keluarga kerajaan lain. Kualitas batu kecubung yang ditawarkan berbeda-beda tergantung pada tingkat kekerasan batu yang terkait dengan umur batu itu sendiri. Setelah penjelasan singkat itu, kami dipersilahkan melihat produk-produk yang dijual dalam etalase kaca. Aku tidak membeli satu pun karena memang kurang minat lagi. Semua perhiasan emas yang pernah kupakai sudah kutanggalkan. Ada beberapa yang dijual untuk biaya umrah pertama.  Saat kuliah dulu, aku tuh ibarat toko emas berjalan. Anting, kalung, gelang tangan, cincin, dan gelang kaki dipakai semua. Cincin juga enggak cukup satu. Setelahnya, ada masa aku senang memakai perhiasan imitasi tetapi akhirnya bosan juga.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun