Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Seputar Kota Seoul

22 Maret 2022   15:08 Diperbarui: 22 Maret 2022   15:17 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kimchi School. Adalah toko untuk belajar membuat santapan khas Korea yaitu Kimchi. Santapan ini disajikan sebagai teman masakan utama nasi putih dan lauk pauk. Fungsi kimchi yang tergolong unik ini bisa menetralisir dominasi rasa makanan utama atau memperkaya rasa menu utama yang tawar. Kimchi memperoleh penghargaan dunia sebagai salah satu dari lima produk makanan sehat yang dapat melancarkan pencernaan, seperti halnya yakult atau yoghurt. Selama beberapa kali makan kimchi, rasa dan aromanya berbeda-beda. Dari yang asamnya ringan sampai kecut banget. Dari yang aromanya segar hingga busuk sampai-sampai tidak berselera untuk memakannya.  

Ada beberapa jenis kimchi di Korea. Antara lain kimchi sawi putih, kimchi lobak putih, kimchi daun perila, kimchi buah bit, kimchi daun bawang, kimchi mentimun, dan kimchi kuah dari irisan tipis lobak putih dan sawi putih. Kimchi ini kalau di Indonesia mirip asinan sayur Bogor yang berkuah.

Heri Oppa sedang menerjemahkan cara membuat kimchi yang dijelaskan oleh Eonni. Foto; Dokumen Pribadi.
Heri Oppa sedang menerjemahkan cara membuat kimchi yang dijelaskan oleh Eonni. Foto; Dokumen Pribadi.

Di pintu masuk Kimchi School, kami disambut ramah oleh seorang eonni cantik berhanbok. Eonni adalah panggilan untuk kakak perempuan. Dia menjelaskan tentang cara dan praktik langsung pembuatan kimchi. Penjelasannya menggunakan Bahasa Korea. Heri Oppa menerjemahkannya untuk kami. Sepanjang menuju ke kelas kimchi terdapat tontonan berupa diorama tentang proses pengolahan rumput laut secara tradisional maupun moderen sampai menjadi lembaran kudapan renyah dan gurih. Sederhananya rumput laut dihaluskan, diberi bumbu, dicetak menjadi lembaran, dikeringkan, dipotong, dan dikemas. Menarik sekali!

Di meja kelas sudah tersedia piring, sarung tangan plastik, sawi putih, dan bumbu kimchi. Bumbunya: irisan daun bawang, bawang putih, jahe, bubuk cabe, garam, gula, garam kasar, kecap ikan, dan air secukupnya. Semua bahan dicampur rata.

Cara membuat kimchi yaitu sawi putih utuh yang sudah dicuci bersih direndam air garam sampai layu lalu dicuci lagi. Sawi utuh dibelah menjadi dua bagian. Bumbu kimchi dibalurkan merata pada sawi hingga ke sela-sela terdalamnya sambil diremas sedikit agar sawi menyerap bumbunya. Setelah rata lalu sawi diikat dengan lembaran daun bagian terluarnya. Kimchi ditaruh dalam wadah yang tertutup rapat lalu didiamkan selama dua hari sebelum disantap. Kami juga diajari membuat kudapan nasi dan rumput laut kering. Rumput laut dihancurkan menjadi remahan kecil-kecil, dicampur dengan nasi, lalu dibentuk seperti bola-bola kecil. Di sini dijual juga cemilan rumput laut.  

Korea Hanbok Traditional Costume. Setelah itu kami diarahkan ke dalam sebuah ruangan berisi pakaian tradisional masyarakat Korea, hanbok. Sudah ramai di sana. Ada petugas dan rombongan tur lainnya. "Han" adalah sebutan untuk Korea, dan "bok" berarti pakaian. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, garis yang sederhana, serta tidak memiliki saku. Hanbok biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam upacara atau festival tradisional. Hanbok bagian atas disebut jeogori, berlengan panjang, bagian belakangnya sepanjang tulang selangka, bagian depannya sepanjang perut dengan pita di bagian dada. Hanbok bagian bawah disebut chima, rok lebar yang dipasang di bagian dada dengan ukuran sepanjang mata kaki. Penutup kepalanya berupa topi seperti kopiah dengan hiasan manik-manik melengkung di sisi kanan kiri topi. Bagian tengah topi dipasang hiasan dari potongan benang yang diikat.   

Suasana di dalam ruangan Korean hanbok traditional costume. Foto: Dokumen Pribadi.
Suasana di dalam ruangan Korean hanbok traditional costume. Foto: Dokumen Pribadi.

Aku suka sekali memakai hanbok ini. Kupilih jeogori warna biru dengan paduan benang mengkilat berwarna keperakan, chima warna merah senada dengan topi dan kerudungku. Selesai memakai hanbok, aku berfoto-foto di berbagai objek yang ada di ruangan tersebut. Ada properti berupa lukisan dinding tiga dimensi, patung kayu, sumur zaman dulu, alat penumbuk dari kayu, tempayan untuk menyimpan kimchi, dan juga kereta kayu untuk memandu orang. Mengenakan hanbok tidak dikenai biaya alias gratis.

Dongdaemun Market. Adalah pusat perbelanjaan terbesar di Korea Selatan yang menjual barang secara eceran maupun grosiran. Pasar ini dibuka pada Juli 1905. Pasar Dongdaemun menjual berbagai makanan, pakaian, tas, sepatu, mainan, alat olahraga, elektronik, dan suvenir. Kami masuk ke salah satu toko suvenir. Salah satu pegawainya adalah wanita Indonesia. Jadi gampang jika ingin bertanya-tanya. Aku membeli banyak suvenir berupa sumpit logam berongga, magnet kulkas, dompet kain, tatakan gelas, kipas, dan kaus yang bertuliskan huruf Korea. Setelah kutanyakan ke pegawai tadi ternyata itu adalah urutan abjad Korea. Aman berarti.

Di belakang kasir yang berkaos biru ada kain batik bermotif kepulauan Indonesia. Foto: Dokumen Pribadi. 
Di belakang kasir yang berkaos biru ada kain batik bermotif kepulauan Indonesia. Foto: Dokumen Pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun