Aku dan Teh Nha berjalan menyusuri deretan pohon sequioa yang menjulang tinggi di Nami Island. Pohon yang berjejer rapi dan teratur ini tumbuh mengikuti perubahan musim.Â
Mereka tengah menunggu daunnya bersemi sehingga yang tampak sekarang adalah batang dan ranting coklatnya. Sementara itu, angin yang berhembus masih membawa udara dingin. Jalan setapak di antara pepohonan ini adalah tempat favorit untuk berfoto ria.
Dari kejauhan terlihat Om Akin dan Tante Lily sedang asyik berfoto ria. Pasangan paruh baya berparas oriental yang ramah dan berasal dari Balikpapan ini adalah teman satu travel yang baru kukenal.Â
Mereka berdua memang aktif mendokumentasikan perjalananan mereka, selfie maupun welfie. Tak jarang, aku ikutan menyelip di dalamnya.
Tante Lily sudah mencuri perhatianku sejak pertama kali kami berjumpa. Tante Lily, wanita tinggi semampai dengan potongan rambut ala mendiang Lady Diana ini memang fashionable dan camera face.Â
Memakai busana model apa saja tetap asyik dilihat. Sayang, gaya berfotonya itu-itu saja, diulang-ulang, dan kurang memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
"Tante, mau coba pose foto yang lain nggak?" tawarku tanpa malu-malu.
"Memang Mbak Dining mau jadi pengarah gayanya?" Tante Lily balik bertanya. Aku mengangguk sambil mengacungkan jempol. Dining adalah nama panggilanku. Enggak nyambung ya sama nama aslinya. Dining dan Istanti itu tak terpisahkan pokoknya. Hehehe.
Sekarang, Tante Lily sudah berada di tengah-tengah kebun bunga lavender berwarna ungu nan menawan. Back ground berupa kilau perak yang menerpa permukaan air sungai menambah sempurna lukisan alam. Sementara itu, Om Akin berada di pojok kanan agak jauh di belakang Tante Lily.