Yang asyik lagi adalah saat mampir ke pasar buah di tikungan setelah pintu masuk gerbang kota Thaif. Pintu gerbangnya mirip benteng Takeshi. Nun di kejauhan, wisata kereta unta samar-samar terlihat di tengah lebatnya kabut sekitar jam 14.30 WAS. Melihat aneka buah-buahan di pasar buah itu seperti melihat harta karun.Â
Maa syaa allah, seneng banget. Semuanya ada. Anggur, apel, pir, melon, semangka, delima, kiwi, aprikot, tin, plum, jeruk, pisang, pepaya, dan masih banyak lagi. Fresh semua. Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim agar di bumi tandus ini tersedia buah-buahan untuk anak-cucunya. Terima kasih ya Allah. Terima kasih Kakek Ibrahim. Di jajaran sebelah kios buah ini ada juga yang menjual jus buah segar, jagung bakar, teh, dan juga kopi.
Kabut tak kunjung memudar. Rombongan harus segera turun. Jika tidak, kabut tebal akan membahayakan perjalanan kereta gantung dan bakal ditunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Di tengah-tengah perjalanan turun, kabut tetap menebal, makin dingin, dan berangin kencang. Kereta gantungnya sampai goyang-goyang.Â
Suara anginnya  masuk ke dalam kereta gantung. Was.. wis.. wus.. wes.. Makin tegang saja, nih! Karena, dikira turunnya pakai bus ternyata  tidak. Benar-benar lega setelah kereta gantung berhenti di stasiun. Satu yang kuinginkan. Makan siang. Tegang menjadikan perut kosong lagiÂ
Rombongan diarahkan masuk ke dalam restoran. Di sana sudah tersedia nasi biryani, ayam, sayur kari, salad, sambel tomat, buah, puding, dan jus jeruk. Â Awalnya, si mas pelayan mengambilkan dada ayam yang segede gaban. Bengong sendiri melihatnya.Â
Apa ya mampu diriku menghabiskannya? Akhirnya, tanpa sepengetahuan mas pelayan, dada ayam kutukar dengan paha ayam yang berukuran lebih kecil. Tapi sekecil-kecilnya ayam Arab tetaplah besar jika dibanding dengan ayam Indonesia.
Nasi biryaninya pakai beras basmati. Basmati adalah beras yang tampilan bijinya panjang dan ramping jika dibandingkan dengan beras yang umum di Indonesia, yaitu beras putih atau beras merah yang berukuran lebih pendek dan gemuk. Nasi dari beras basmati biasanya disajikan menjadi pelengkap masakan Timur Tengah dan India. Warna nasi biryaninya kuning cerah, rata, dan cantik. Bumbu ayam dan kuah karinya tidak terlalu pekat. Alhamdulillaah, habis tak bersisa. Lapar dan lezat sungguh makan siangnya. Badan kembali bertenaga.
Sayup-sayup terdengar kumandang azan Zuhur. Di sudut meja restoran yang lain kulihat ada sepasang bunga mawar merah damai bersandingan dalam vas yang berbeda. Jadi sasaran foto. Senang saja pas ngambil fotonya. Seolah-olah mereka berkata,"Sendiri atau berdua kita tetaplah mawar. Tak masalah karena kita selalu bahagia." Seakan-akan mereka tahu kami pun sangat bahagia diberi kesempatan lagi berkunjung dan beribadah di tanah suci.