Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mimpi Kita Sama, Kinan, Cappadocia! (Bagian 3)

9 Februari 2022   18:52 Diperbarui: 9 Februari 2022   19:47 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasabag Valley (Lembah Pasabag). Foto: Dokumen Pribadi.

"Ketika mimpi kita pikirkan, mimpi itu berubah jadi rencana. Ketika rencana kita ucapkan, rencana berubah bentuk menjadi komitmen. Ketika komitmen kita lakukan, komitmen berubah lagi menjadi kenyataan." (William Tanuwijaya).

Lain lagi dengan Pasabag Valley atau Lembah Pasabag. Batuan vulkano beragam bentuk nan cantik menyerupai pilar-pilar bangunan menjulang tinggi, tersebar dimana-mana. Gugusan batu ini ada yang berdiri sendiri, berkelompok, dan saling menumpuk. Ada yang bentuknya mirip cerobong asap (pasabag). Ada juga yang ujungnya seperti jamur.

Setelah gunung berapi di daerah ini meletus, batu-batu ini diyakini merupakan bentuk akhir setelah mengalami evolusi yang sangat panjang. Bila diamati lebih dekat, batu raksasa cerobong asap ini, ternyata merupakan tempat tinggal dan tempat pemujaan pada masa lampau. Sayangnya, di lokasi wisata ini tidak banyak tempat istirahat. Padahal, di musim panas tempatnya sangat panas karena gersang dan di musim dingin akan sangat dingin karena lokasinya sangat terbuka.

Persinggahan berikutnya adalah Turkish Homemade Carpet. Kawasan Cappadocia terkenal sebagai penghasil karpet unggulan. Karpet merupakan salah satu benda penting dalam tradisi keluarga Turki. Bila ada anggota keluarga yang menikah, maka karpet adalah salah satu hadiah pernikahan yang tepat. Bahkan, bila ada seorang gadis yang ingin menikah, ia hanya memberikan kode kepada orangtuanya dengan minta dibelikan karpet. Dengan cara begitu, orangtuanya tahu bahwa anak gadisnya sudah siap untuk menikah.

Proses pembuatan karpet Turki buatan tangan. Foto: Dokumen Pribadi. 
Proses pembuatan karpet Turki buatan tangan. Foto: Dokumen Pribadi. 

Industri karpet dijadikan tempat wisata yang menarik di sini. Para pengunjung diajak berkeliling untuk melihat proses perebusan kepompong ulat sutera. Lalu, dipintal menjadi benang sutera dan karpet kualitas terbaik. Ada ibu-ibu sedang menenun benang sutera dengan motif bunga pada karpetnya.

Pegawai toko juga menjelaskan perbedaan karpet buatan mesin dan karpet buatan tangan. Ada karpet yang 100% dari benang sutera atau campuran dari kapas atau wol. Satu karpet kecil buatan tangan seukuran sajadah, diselesaikan minimal tiga bulan sampai setahun lebih. Harganya jutaan. Semakin tua umur karpet dan semakin sering diinjak, maka benang-benang di dalam karpet tersebut akan terikat erat dan kuat. Itulah sebabnya, harga karpet tua menjadi fantastik selain karena nilai historisnya.

Jangan coba menawar jika tidak ingin membeli karpet. Para sales akan memaksa dengan raut muka tidak ramah. Saat rombongan kami akan keluar ruangan saja, masih dikejar-kejar. Karpet dilempar begitu saja di lantai hingga menghalangi langkah kami. Sungguh, terlalu! 

Pemandangan menarik lainnya adalah Underground City Cardac. Asal-usul kota kembar bawah tanah Kaymakli (yang terluas) dan Derinkuyu (yang terdalam) sangat terkenal dan menarik. Kota-kota bawah tanah terus berkembang selama berabad-abad. Dulu, berita tentang desa yang diserang akan menyebar seperti api, mengirim penduduk kota-kota ini bergegas melalui terowongan hanya untuk muncul di kota lain yang jauh. Tinggal di gua ini dapat menahan serangan musuh dan melindungi penduduk serta hewan peliharaan mereka untuk jangka waktu yang lama.

Local guide membawa masuk rombongan menelusuri gua. Ini adalah labirin nyata. Jika tidak menggunakan penunjuk arah akan mudah tersesat. Aku seolah merasakan pengalaman orang-orang zaman dulu hidup di bawah tanah. Di lantai pertama ada istal dan ruang tamu. Di lantai dua ada ruangan besar mirip ruang kelas. Di lantai tiga ada ruang bawah tanah, kilang anggur, dan dapur. Kota yang direncanakan dengan cermat ini juga memiliki sumur, cerobong asap untuk sirkulasi udara, ceruk untuk lampu minyak, gudang, dan tangki air.

Suasana di dalam gua. Foto: Dokumen Pribadi.
Suasana di dalam gua. Foto: Dokumen Pribadi.

Batu-batu penggilingan besar yang tersembunyi di dinding digunakan sebagai pintu keamanan untuk mencegah musuh masuk ke dalam gua. Lorong yang sempit hanya memungkinkan orang berjalan satu-satu. Meskipun memanjat dan merangkak di sepanjang lorong awalnya terasa menyenangkan, tetapi sempat membuatku takut juga. Takut berjalan di urutan paling belakang. Takut terjebak di sana selamanya. Takut guanya runtuh, dll.

Suamiku berusaha menenangkanku. Ketakutanku pun hilang. Apalagi, saat lorong menanjak itu membawa rombongan menuju jalan ke luar bermandikan cahaya dan berselimut hawa sejuk. Sekira empat puluh lima menit setelah menjelajah kota bawah tanah, kami bertemu rute yang sama dengan rute yang kami masuki tadi.

Di luar, aku melihat ada warga yang menjajakan aneka suvenir. Aku membeli beberapa dompet kecil, dua tas cangklong, dan selembar taplak meja, dll. Jika dirupiahkan, dompet kecil motif tulip harganya di bawah sepuluh ribuan per buah. Dua tas cangklong setara seratus ribuan. Taplak meja motif baju sufi ukuran 1,5 m x 2 m juga seratus ribuan. Ini adalah tempat termurah di antara tempat belanja lainnya di Turki dengan kualitas bahan yang sama. Mungkin karena lokasinya di daerah dan tidak harus menyewa tempat jualan, sehingga harganya miring sekali. Jadi, jangan ragu ngabisin lira di sini ya, Mom!    

Rombongan sampai di hotel menjelang sore. Kami berganti baju, salat, dan rehat sejenak. Lalu, aku dan suami mencari jejak Red River atau Sungai Merah. Jauh-jauh berjalan lewat jalan raya, ternyata lokasi Red River ada di belakang hotel.

Red River di belakang Suhan Hotel & Spa. Foto: Dokumen Pribadi.
Red River di belakang Suhan Hotel & Spa. Foto: Dokumen Pribadi.

Dinamakan Sungai Merah karena terpaan sinar surya yang jatuh pada permukaan air sungai memberi nuansa warna jingga membara. Sungainya lebar dan bersih. Di pinggir sungai tumbuh ilalang yang meninggi dengan deretan bunga putih halus bak kapas di ujungnya. Aku dan suamiku berswafoto di sana. Happy with you, Iyang Oppa! Oppa itu bahasa Korea. Artinya Abang. Iyang adalah nama panggilan suamiku.

Sayup-sayup terdengar suara azan maghrib dari pemukiman di seberang sungai. Suara yang dirindukan saat berlibur ke luar negeri. Kami menginap semalam lagi di sini. Saat bangun keesokan harinya, kami kaget karena tubuh kami bermandi keringat. Gerah sekali. Baru sadar kalau semalam AC kamar ternyata belum dinyalakan. Alamak!

Selesai.

Wisata Turki lainnya bisa dinikmati di Bursa, Izmir, Konya, Pamukkale, Bolu, Ankara, dan Istanbul. Gimana, mau lanjut?

#wisata Cappadocia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun