Jangan remehkan sebuah pelukan! Ia begitu bermakna bagi siapapun yang sedang berbahagia maupun terluka.
Saya pernah berkunjung dan mengamati perilaku seorang kawan wanita Tionghoa, non muslim, di negeri jiran kaya minyak tahun 2013 yang lalu. Sepulang kerja yang ia cari pertama kali di rumah adalah dua anak cowoknya yang lagi mager nonton tv.Â
Ia menunjukkan rasa cinta dengan memeluk tulus mereka sambil berkata,"I miss you, guys,"Â sambil diciumnya satu per satu. Sungguh, pemandangan yang keren abizz! Saya coba mempraktekkannya di rumah bersama dua anak gadis saya. Dan hasilnya hanya bertahan beberapa hari. Sungguh, saya enggak keren blazz!
***
Percakapan antara saya dan gadis sulung saya berusia enam belas tahunan saat itu.
Mbak: "Mom, did you forget something this morning?"
Mom: "What is that, Mbak?"
Mbak: "A hug"
Mom: "Is that important for you?"
Mbak: "Off course Mom. I am so happy when you hug me."
Seperti ditohok rasa ini mendengar permintaannya yang sangat sederhana tapi terabaikan. Ya, sebuah pelukan saja. Maka, berpelukanlah kami seperti boneka teletubbies. Mantap jiwa.
***
Saat pengumuman SBNPTN 2018, di ujung telepon gadis bungsu saya menangis meminta maaf tidak dapat menghadiahkan PTN bagi papa mamanya. Saat itu saya dan suami dalam perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta. Kami akan terbang ke Turki untuk sepekan lebih. Saat pulang ke rumah, saya tanya mengapa dia menangis padahal sudah diyakinkan bahwa diterima di PTN atau PTS tetaplah dia juara di hati kami. Jawabnya adalah,"Sedihlah Ma enggak lolos. Pengen peluk Mama tapi Mamanya enggak ada. Jadinya nangis, deh!"Â
***
Maa syaa allah. Pengaruh sebuah pelukan begitu dahsyatnya ternyata. Mengapa? Disarikan dari alodokter.com bahwa sebuah pelukan melibatkan hormon oksitosin. Oksitosin sering disebut sebagai hormon cinta karena berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, emosi yang baik, dan keterikatan antarmanusia.
Hormon oksitosin, baik yang dihasilkan secara alami atau sintetis, telah terbukti memiliki banyak peran bagi kesehatan manusia. Sedangkan kekurangan hormon oksitosin dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
Agar anak-anak kita tidak depresi, kita lakukan terapi pelukan, yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H