7. Menghindari salah ketik (saltik/typo). Semakin sedikit saltik/typo dan semakin sedikit kalimat yang berantakan, ini menunjukkan  bahwa peserta telah berpengalaman dan profesional dalam mengikuti lomba kepenulisan.
Menulis bukan untuk dapat hadiah. Menulis adalah bentuk rasa syukur atas fitrah minat dan bakat yang telah dianugerahkan oleh-Nya. Syukur bisa dilakukan kapan saja. Tak usah menunggu menang.
Maka menorehkan kebaikan, menebar kemanfaatan, membuka ladang amal, dan mendulang jariyah yang berkelanjutan adalah pemantik pahala yang harus terus dinyalakan di tungku-tungku para pecinta. Tak usah juga menunggu lomba.
Terima kasih Tuhan Yang Mahabaik, telah menuntun dan memudahkan mata, hati, pikiran, dan tanganku untuk berkreasi dengan tulisan "Memulai Gerakan Sadar Makanan Halal" hingga sampai di posisi pertama. Memenangkan hadiah sebuah notebook. Saat hati ikhlas menulis, rida Allah tak mampu ditangkis. Semoga goresan penaku akan sampai pula ke hati pembaca, mengalirkan cinta penuh makna.
Bagiku semua peserta lomba adalah pemenang. Menang dari rasa takut, tidak percaya diri, dan rasa malas. Kemenangan kita adalah amanah agar istiqamah dalam berkarya, meluaskan lagi gaya hidup halal beserta nilai-nilai di dalamnya, menjangkau pelosok-pelosok Nusantara untuk menjemput berkah-Nya atas bumi bernama Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H