Assalaamu'alaikum. Mbak, apa kabar? Mau tanya, nih! Apa sih ciri-cirinya cerpen? Panjangnya harus berapa halaman? Ditunggu segera jawabannya ... Trims. (Citra).
Ini pesan WA dari teman baik yang sering kupanggil Neng. Walaupun sering menulis, bingung juga dengan pertanyaan ini. Jujur saja, cerpen-cerpen yang pernah kutulis selama ini terkesan dangkal. Aku kalau mau nulis ya nulis saja apa yang ada di benak dan rasa. Tidak mengikuti pakem tertentu. Asalkan ada pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca, bagiku itu sudah cukup.
Tetapi, aku yakin pertanyaan Neng Citra perlu jawaban yang lebih teoritis sebagai panduan dasar. Bukan sekedar yang aku ketahui dan lakukan selama ini. Maka kubalas pesan WA-nya.
Wa'alaikumussalaam. Alhamdulillaah, kabar baik Neng Citra. Coba lakukan tujuh langkah berikut: Tentukan tokoh utama, apa mimpi terbesar dalam hidupnya, ciptakan penghalang tangguh, siapkan alur jatuh bangun yang membuat tokoh utama tercerahkan, pilih alur cerita berpilin/berputar untuk mencapai kemenangan, pikirkan dengan cerdas adegan dramatis saat tokoh utama meraih kemenangan, dan ciptakan ending yang akan selalu diingat. Panjang 3-6 halaman A4, Arial 12, spasi 1-1,5.
Pusing ya, say?Â
Sederhananya sih ... Â jelaskan tentang tokoh dan karakternya, latar (tempat/waktu), konflik yang terjadi, serta pemecahan dari konflik yang ada.
Yang lebih penting lagi dari semua hal di atas adalah praktik nulis, nulis, dan nulis. Jangan takut salah. Jangan takut enggak ada yang baca. Nikmati saja prosesnya sambil terus memperbaiki tulisan. Oke! Â
Allah sudah mengatur segalanya termasuk ladang amal berupa pesan WA dari Neng Citra ini. Seandainya jawabanku adalah aku enggak tahu Neng, bisa jadi dia tidak semangat untuk mulai menulis cerpen. Maka, amal jariyah yang bisa dipanen akan berhenti di sini.
Ya, ladang amal ada di mana-mana. Semua yang kita miliki atau apapun yang yang ada di sekitar kita bisa menjadi amal jariyah. Amal yang pahalanya tidak putus sejatinya sudah ada di depan kita, jika kita jernih melihat dengan mata hati. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak beramal jariyah karena merasa tidak memiliki apapun. Bukan begitu?
Semakin yakinlah bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Segala sesuatu terjadi atas campur tangan-Nya. Pun selembar daun yang gugur ke bumi. Semua direncanakan dengan teliti dan penuh perhitungan. Kita saja yang kurang memahami. Maka, nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H