Sebelum membahas artikel ini secara gamblang, penulis ingin memberikan gambaran singkat tentang apa yang telah penulis tuangkan di artikel ini. Kemandirian Energi dapat diartikan sebagai kondisi Indonesia yang memenuhi kebutuhan energinya tanpa bantuan pihak lain. Sedangkan Indonesia Mendunia diartikan sebagai langkah membantu memenuhi kebutuhan energi negara lain.
Indonesia Dan Kemandirian Energi
Indonesia dikenal sebagai negara yang konsumtif, tak terkecuali konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut Kepala Satuan Kerja Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi, Amien Sunaryadi, “Indonesia menjadi negara importer minyak sejak 2004,”.
Berdasarkan tabel diatas, setiap tahun, konsumsi BBM Indonesia kurang lebih 62,5% dari produksi yang mengharuskan Indonesia untuk mengimpor minyak hingga 37,5%.
Selain kegemarannya bersifat konsumtif, Indonesia juga dijadikan destinasi tujuan oleh investor asing sejak 1967. Mereka kagum dan cemburu dengan apa yang dimiliki Indonesia. Suatu ciri bahwa Indonesia memiliki sesuatu yang tidak semua miliki.
Salah satu BUMN yang berperan dalam mengurusi perdagangan minyak dan gas bumi adalah Pertamina. Berdiri sebagai National Oil Company selama 58 tahun bukanlah angka yang kecil dan waktu yang sebentar.
Walau demikian, pemerintah Indonesia sebelum era Jokowi terkesan mengkerdilkan Pertamina. Padahal sejatinya, sebagai National Oil Company milik Indonesia seharusnya Pertamina memiliki tempat spesial untuk mengurusi kemandirian energi Indonesia.
Pemerintah sebelumnya, lebih doyan kalau proyek perminyakan dan gas bumi di Indonesia dikerjakan oleh pihak asing, salah satunya blok Mahakam. Blok Mahakam sudah dikontrak oleh Total E&P (Perancis) dan Inpex Corp (Jepang) selama 50 tahun!
Apa Yang Membuat Blok Mahakam Begitu Diminati?
Blok Mahakam diketahui sebagai salah satu ladang gas terbesar di Indonesia, dengan cadangan sekitar 27 trilliun cubic feet (TCF) dan rata-rata produksi sekitar 2.200 juta kaki kubik per hari. Sejak 1970 hingga 2011, sekitar 50% (13,5 TCF) dengan keuntungan kotor sekitar US$ 100 milliar sudah habis dieksploitasi pihak asing. Walau hanya tersisa 12,5 TCF, blok Mahakam masih berpotensi menghasilkan sampai US$187 miliar atau kurang lebih RP 1700 Trilliun!
Angka yang fantastis!
Secara hukum, kontrak blok Mahakam akan habis di tahun 2017 nanti dan Indonesia khususnya Pertamina berpeluang besar untuk mengambil alih sepenuhnya blok Mahakam.