Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelukan Paus Fransiskus, Pesan Penting Agar Indonesia Lebih Peduli Anak-anak

3 September 2024   21:57 Diperbarui: 3 September 2024   21:59 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus menerima lukisan dari anak-anak di Kedubes Vatikan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 3 September 2024. Foto: Tempo.co-Biro Pers Vatikan

 

Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita, akibat kekurangan gizi. Orang kampung menyebutnya, kuntet. Penyebab utama anak kurang gizi, karena orangtuanya miskin, tidak mampu membeli pangan yang bergizi. Tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.

Dengan kata lain, mereka tidak mampu mencukupi jumlah kebutuhan kalori, yang dibutuhkan anak mereka untuk tumbuh secara normal. Nah, apakah seorang ayah, dengan tanggungan satu istri dan dua anak balita, mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarganya, dengan pendapatan Rp 401.220 per bulan? Itu batas garis kemiskinan yang ditetapkan, yaitu Rp 401.220 per kapita per bulan, atau sekitar Rp 13.374 per hari.

Mari kita konversikan, dengan kondisi keluarga kita masing-masing. Jawaban atas pertanyaan di atas, akan menjawab, apakah acuan pendapatan Rp 401.220 per bulan itu, sesuai dengan kenyataan atau tidak. Di DKI Jakarta, misalnya, standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) untuk tahun 2017, sebesar Rp 3.149.631 per bulan.

Dalam konteks stunting, badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan, batas toleransi stunting, maksimal 20 persen atau seperlima, dari jumlah keseluruhan balita. Di Indonesia, tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita, menderita stunting. Itu artinya, sekitar 35,6 persen. Toleransi WHO, bolehnya hanya 20 persen.

Dalam diskusi di Kementerian PPN/Bappenas, pada Senin (28/05/2018), jumlah penderita stunting di Indonesia, disebut 9 juta balita. Artinya, lebih dari perhitungan di atas. Lebih dari 35,6 persen. Padahal, batas toleransi stunting menurut WHO, maksimal 20 persen atau seperlima, dari jumlah keseluruhan balita.

Karena itulah, World Health Organization (WHO) menetapkan Indonesia, sebagai Negara dengan status gizi buruk. Pada Rabu (04/07/2018), Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menguakkan tentang gizi buruk Indonesia itu, kepada  Presiden Joko Widodo. Hal itu dikuakkan Jim Yong Kim di Kompleks Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat.

Ada data lain, yang relevan dengan kemiskinan. Yaitu, masalah sanitasi sehat. Saat ini, dari 200 juta penduduk Indonesia, sebanyak 55 juta warga, belum terakses sanitasi sehat. Artinya, mereka masih Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Bukan di toilet, sesuai standar sanitasi sehat. Data itu dikemukakan Iing Mursalin, dari Millennium Challenge Account (MCA) -- Indonesia.

Mengacu ke sejumlah paparan data di atas mengenai kondisi anak-anak Indonesia, makanya saya berpikir, tentu akan ada sesi perbincangan tentang anak-anak Indonesia, antara Paus dengan perwakilan Indonesia.

Jakarta, 3 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun