Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesederhanaan Paus, Aksi Mewah Kaesang, dan Tamparan untuk Pejabat Indonesia

3 September 2024   17:39 Diperbarui: 3 September 2024   22:13 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maksudnya, kita sebagai penulis, bisa menemukan sudut pandang yang agak lain, dibandingkan sudut pandang pada umumnya. Seperti berita Kompas.com "Tolak Mobil Mewah, Paus Fransiskus Bakal Pakai Innova Selama di Indonesia" kan langsung terasa sebagai kritik yang menohok terhadap Kaesang Pangarep, pejabat, dan keluarga pejabat.

Demikian juga dengan berita detik.com, "Paus Fransiskus ke RI Naik Pesawat Komersil, Bukan Jet Pribadi." Penekanan pada "Bukan Jet Pribadi" jelas langsung menohok ke Kaesang Pangarep. Begitu pula dengan detik.com yang melansir berita "Paus Fransiskus Nginap di Kedubes-Naik Mobil Sipil Saat Kunjungi Jakarta."

Pada intinya, dari sejumlah pemberitaan di atas, yang dibidik adalah pamer kemewahan. Dari situ kita bisa belajar, bahwa untuk mengritik seseorang atau suatu keadaan, ada cara yang kreatif sekaligus cerdas. Yaitu, dengan membenturkan fakta-fakta yang paradoks.

Konsekuensinya, kita harus menggali sejumlah fakta yang relevan, sebelum membenturkannya dalam tulisan. Jika fakta itu kita peroleh dari pemberitaan media, maka kita harus memilih dari media yang relatif memiliki kredibilitas.

Oh, ya, menggali sejumlah fakta yang relevan, ada dua tujuannya. Pertama, untuk menambah pemahaman kita tentang topik yang hendak kita tulis. Kedua, untuk menemukan fakta-fakta yang memiliki kekuatan untuk dibenturkan dengan fakta lain.

Misalnya, untuk mendukung "tekanan ekonomi" yang dihadapi rakyat, saya menampilkan fakta-fakta dari berbagai sumber, tentang PHK, ketersediaan lapangan pekerjaan, juga menurunnya kasta kelas menengah dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sementara, untuk mendukung fakta langkah Alexander Marwata, Wakil Ketua KPK, mengenai dugaan gratifikasi, saya tampilkan pernyataan bahwa Kaesang Pangarep perlu memberikan klarifikasi, meski ia bukan berstatus sebagai penyelenggara negara.

Dengan sudah terkumpulnya sejumlah fakta yang relevan, kita leluasa memilih sudut pandang, arah tulisan. Di sisi lain, sebagai penulis, kita juga terhindar dari sikap mengritik seseorang atau suatu keadaan, tanpa dukungan fakta.

***

Jakarta, 3 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun