Inspirasi Puisi Tiga Baris
Pada Senin, 27 November 2023 lalu, saya janjian dengan Ewith Bahar. Tujuannya, sebelum mendengar penjelasan Sutardji Calzoum Bachri dan Maman S. Mahayana selaku Dewan Juri, saya ingin mendengar proses kreatif Ewith Bahar dalam menciptakan Puisi Tiga Baris yang dihimpun dalam buku puisi Impromptu Terzina.
Ewith Bahar mengungkapkan, ia terinspirasi untuk menciptakan Puisi Tiga Baris, setelah mencermati ragam puisi tiga baris di berbagai negara di dunia. Antara lain, haiku, hokku, dan katauta dari Jepang. Juga, sijo di Korea dan terza rima di Italia.
Minatnya terhadap dunia tulis-menulis, sudah tumbuh sejak remaja. Hingga tahun 2023 ini, Ewith Bahar sudah menerbitkan 9 buku sebagai karya tunggal. Baik berupa buku puisi, cerpen, novel, dan esai. Pada tahun 2019, salah satu buku puisi karyanya Sonata Borobudur memperoleh penghargaan sebagai 5 Besar Buku Puisi Terbaik Indonesia, yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Dengan latar yang demikian, juga dengan dukungan teknologi informasi kini, Ewith Bahar leluasa menjelajahi ranah perpuisian dunia. Ia menyadari, jenis puisi tiga baris, tidak dikenal dalam sejarah perpuisian Indonesia. Yang ada adalah jenis-jenis pantun dua baris atau empat baris.
"Saya sebenarnya menantang diri saya sendiri, mampukah saya menciptakan puisi tiga baris?" tutur Ewith Bahar. "Saya membayangkan, puisi tiga baris adalah sebuah ruang yang sempit. Tantangannya, bagaimana mengisi ruang yang sempit dengan elemen-elemen yang bermakna, dengan harmoni yang terjaga," lanjut Ewith Bahar.
Ia menyadari, itu sangat tidak mudah baginya. Meski demikian, pergulatan kreatif menemukan tema, mengulik diksi, serta menciptakan rima, tetaplah ia tempuh dengan asyik. Buktinya, di buku puisi Impromptu Terzina ia berhasil menciptakan 228 puisi, dengan 22 sub-tema.
Tapi, apa sebetulnya Impromptu? Ini adalah istilah dalam dunia musik, yang berasal dari bahasa Prancis, yang berarti improvisasi. Dengan landasan improvisasi itulah, Ewith Bahar mengolah peristiwa banjir, misalnya, ke dalam puisi tiga baris.
Memang, untuk satu peristiwa, beberapa puisi tiga baris, bisa ia ciptakan. Tapi, Ewith Bahar menantang dirinya untuk memilih sudut pandang yang ia nilai paling kuat. Dengan kata lain, 228 puisi dengan 22 sub-tema tersebut, sesungguhnya adalah hasil dari proses memilih, yang berlangsung terus-menerus.
Ketika Impromptu Terzina dinyatakan Dewan Juri sebagai Juara I Buku Puisi Terbaik tahun 2023, Ewith Bahar tentu saja happy. Ia mengakui, ini bukan yang pertama kali ia mengirimkan buku puisi ke panitia Sayembara Buku Puisi, yang diselenggarakan oleh Yayasan Hari Puisi.
Meski di tahun-tahun sebelumnya buku puisinya tidak terpilih, ia terus dan terus berproses secara kreatif. Menantang diri sendiri itu, ternyata asyik.