Meski demikian, Mas Adri meyakinkan, titik utama dalam proses kurasi adalah karya. Bukan siapa penulisnya. Agaknya, sikap yang demikianlah, yang menjadikan buku antologi puisi dari Komunitas Dari Negeri Poci, terjaga martabatnya. Dan, dari tahun ke tahun, ratusan peminat puisi mengirimkan puisi mereka ke komunitas tersebut.
30 Tahun Dari Negeri Poci
Tahun 2023 ini, Komunitas Dari Negeri Poci sudah memasuki usia ke-30. Tentu belum banyak komunitas sastra yang terus tumbuh hingga 30 tahun, seperti komunitas ini. Secara berkala, komunitas ini terus menerbitkan buku antologi, sebagai wujud nyata kesungguhan mereka untuk menjadi bagian dari proses regenerasi puisi sekaligus regenerasi penyair di tanah air.
Komunitas ini digagas oleh sejumlah penyair yang memiliki komitmen kuat untuk terus-menerus berproses di ranah literasi, khususnya puisi. Mereka, antara lain, Adri Darmadji Woko, Handrawan Nadesul, dan Kurniawan Junaedhie. Buku antologi puisi perdana yang diterbitkan komunitas ini adalah Dari Negeri Poci, mengacu kepada nama komunitas.
Antologi perdana itu terbit tahun 1993, menghimpun puisi dari 12 penyair, yang merupakan para penggagas komunitas tersebut. Kulminasi adalah buku antologi puisi ke-13. Artinya, di rentang 30 tahun itu, 1993-2023, memang komunitas ini tidak tiap tahun menerbitkan buku antologi.
Mas Adri menyebut antologi itu sebagai terbitan berkala, bukan terbitan tahunan. Interaksi antar sesama anggota komunitas dibangun melalui jejaring Facebook di laman fanpage Komunitas Dari Negeri Poci, yang saat ini memiliki 8.400 pengikut. Bagi yang berminat menjadi bagian dari buku antologi komunitas tersebut, silakan memonitor fanpage-nya.
Buku antologi Kulminasi ini, memuat karya-karya puisi dari 109 penyair, dengan masing-masing 4 puisi. Jika dijumlahkan dari tahun 1993 hingga tahun 2023 ini, ada 1.704 penyair yang terlibat dalam 13 buku antologi komunitas tersebut. Tentu, ada penyair yang termaktub di beberapa buku antologi, ada juga yang di 1-2 buku antologi saja.
Semua itu mencerminkan kesungguhan Adri Darmadji Woko bersama rekan-rekan di Komunitas Dari Negeri Poci dalam merawat proses regenerasi puisi sekaligus regenerasi penyair di tanah air. Mereka bukan hanya telah meluangkan waktu, tapi sekaligus juga telah merelakan sebagian dana pribadi masing-masing untuk terus menumbuhkan komunitas ini.
Sebagai gerakan literasi bangsa, bagi saya, Adri Darmadji Woko bersama rekan-rekan di Komunitas Dari Negeri Poci, adalah pejuang literasi yang sesungguhnya. Mereka terus dan terus berupaya, mengatasi berbagai kendala yang ada. Sungguh tak mudah merawat serta menumbuhkan komunitas sastra hingga mencapai 30 tahun lamanya.
Adri Darmadji Woko sendiri, sudah tidak muda lagi. Pada Rabu, 28 Juni 2023 lalu, ia sudah memasuki usia 72 tahun. Meski demikian, ia masih tangkas menjelajahi sudut-sudut Jakarta, dengan kendaraan umum dan berjalan kaki. Dua tujuan utamanya: penjual buku dan penjual makanan. Ia memang gila buku sekaligus gila kuliner.
Koleksi bukunya, sangat banyak dan sangat beragam. Sejatinya, ia jurnalis sekaligus penyair senior. Bukan hanya senior secara usia, tapi juga senior secara karir dan karya. Ia lama menjadi jurnalis di Majalah Kartini, Majalah Nona, dan Majalah Panasea. Kiprahnya tanpa henti di dunia yang satu: Dunia Literasi.