Mari menulis puisi untuk menginspirasi Presiden yang akan datang. Puisi yang sarat imajinasi, tentunya. Karena, "Imagination is more important than knowledge," ujar sang brilian kecerdasan, Albert Einstein.
Inspirasi Tentang Segala Lini
Kamis, 16 November 2023 malam lalu, Octavianus Masheka menggelar diskusi secara webinar. Sejumlah pegiat sastra dari berbagai wilayah tanah air, hadir secara online. Topik diskusi malam itu, Aku Presiden. Selaku Ketua Umum Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Octavianus Masheka mengajak penyair serta pegiat sastra memberi masukan kepada Presiden yang akan datang.
Ia menyadari, masih sangat banyak hal yang harus dilakukan di negeri ini, untuk mencapai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana termaktub dalam sila ke-5 Pancasila. Untuk itu, ia mengajak para penyair menginspirasi, memberi inspirasi kepada Presiden yang akan datang.
Inspirasi tentang segala lini, tentunya. Baik tentang pendidikan, ekonomi, politik, lingkungan hidup, seni budaya, dan sebagainya. "Bukan saran. Sekali lagi, bukan saran. Tapi, inspirasi untuk Presiden," ujar Octavianus Masheka menegaskan.
Intinya, ia mengajak para penyair untuk menulis puisi yang menginspirasi, tentang berbagai bidang di tanah air. Diharapkan, puisi-puisi tersebut mampu menginspirasi Presiden yang akan datang, dalam memimpin Indonesia.
Sengaja dibingkai dengan tema Aku Presiden, agar tiap penyair memosisikan diri sebagai Presiden, ketika menulis puisi masing-masing. Dengan demikian, diharapkan tiap penyair memiliki keleluasaan serta keluasan dan kedalaman pandangan, saat menuliskan puisi karyanya.
Ajakan ini terbuka untuk para penyair, pegiat sastra, serta peminat literasi dari seluruh Indonesia. Termasuk, orang Indonesia yang sedang berada di berbagai penjuru dunia. Secara usia, tidak ada pembatasan umur. "Indonesia ini sangat luas. Bidang yang masih harus dikembangkan, sangat banyak. Mari bersama menginspirasi Presiden yang akan datang, melalui puisi," tutur Octavianus Masheka.
Mengapa puisi? Penyair besar Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, sudah sejak lama menyebut Sumpah Pemuda sesungguhnya adalah sebuah puisi. Argumennya, teks Sumpah Pemuda dicetuskan pada 28 Oktober 1928, padahal saat itu Indonesia belum ada. Indonesia baru ada, pada 17 Agustus 1945. Itu menunjukkan, betapa dahsyatnya imajinasi para pemuda yang merumuskan Sumpah Pemuda tersebut.
"Imagination is more important than knowledge," ujar sang brilian kecerdasan, Albert Einstein. Nah, salah satu kekuatan utama puisi, adalah imajinasi. Dalam hal ini, Octavianus Masheka mengajak para penyair, pegiat sastra, serta peminat literasi dari seluruh Indonesia, agar mengolah imajinasi tentang berbagai bidang, untuk menginspirasi Presiden yang akan datang.