Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menegakkan Shalat Idulfitri, Merayakan Kelahiran Kembali

22 April 2023   20:29 Diperbarui: 22 April 2023   20:50 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajak Idul Fitri karya Sutardji, proses edukasi untuk diri. Foto: Antara

Bagi Sutardji Calzoum Bachri, sajak adalah pencerahan, mencerahkan. "Menulis puisi bukanlah sekadar bercantik-cantik dengan kata-kata, bercantik-cantik dengan bahasa. Itu baru kulit luar dari puisi. Puisi adalah pencerahan, mencerahkan," tutur Sutardji di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, ketika Road Show ke-2 digelar di sana, pada Senin, 13 Maret 2023 lalu.

Dalam hal pencerahan sekaligus mencerahkan yang dimaksud Sutardji, bisa kita cermati di petikan lain sajak Idul Fitri:

Bagi yang merindu insya Allah kan ada mustajab Cinta
Maka walau tak jumpa dengan-Nya
Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini
Semakin mendekatkan aku pada-Nya
Dan semakin dekat

Dengan lugas, Sutardji menarasikan, betapa shalat dan zikir adalah wujud kongkrit manusia untuk membasuh jiwa, dari segala kealpaan yang telah terjadi. Bukan upaya sesaat. Bukan upaya seketika. Tapi, upaya yang terus-menerus dilakukan sepanjang hidup.

Berbagai upaya itu, tentu saja ditopang oleh kerinduan, merindu pada-Nya. Kerinduan itulah yang senantiasa membuat manusia tak pernah lepas dari shalat dan zikir. Ada yang tertunduk demikian lama dalam sujudnya. Bahkan, ada yang sampai meneteskan air mata, saking rindu pada-Nya.

Sama sekali bukan tentang surga dan neraka. Namun, dengan penuh ikhlas untuk membasuh jiwa, demi mendekatkan diri pada-Nya. Kian dekat dan semakin dekat. Itulah sejatinya merindukan-Nya, hingga bagi yang merindu insya Allah kan ada mustajab Cinta.

Sungguh mencerahkan. Sutardji Calzoum Bachri, dengan sajak Idul Fitri, memberikan penambahan makna tentang shalat dan zikir. Membuka ruang baru tentang kedekatan manusia dengan Sang Pencipta, dilandasi oleh kerinduan yang mendalam, dari segenap jiwa-raga.         

Sampai di sini kita paham, bagaimana sebuah puisi telah menjelma menjadi bagian dari proses edukasi diri. Octavianus Masheka menyebut, gelaran Road Show di 5 wilayah DKI Jakarta ini, selain menampilkan pembacaan puisi, juga menghadirkan sejumlah grup, yang memusikalisasikan karya-karya Sutardji. Di samping itu, juga ada edukasi, untuk mendekatkan karya sastra dengan publik.

Dalam konteks itulah, pada Road Show ke-1, Sabtu, 25 Februari 2023 lalu, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Sutardji mengungkapkan bahwa rangkaian acara ini bukan semata-mata untuk dirinya, tapi sekaligus merupakan apresiasi untuk perpuisian Indonesia.

Jakarta, 22 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun