Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KH Embay Merawat Indonesia, Mensyukuri Nikmat Allah

22 Maret 2022   20:06 Diperbarui: 22 Maret 2022   20:16 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isson Khairul (kiri) dan KH Embay berbincang di teras sang kiai di Kota Serang, Banten. Foto: Didik Wiratno

Kepada para pendakwah muda, KH Embay selalu menyampaikan, Indonesia ini adalah takdir Allah. Mari camkan. "Indonesia ini pada awalnya terdiri dari 200 lebih kerajaan, 17.000 pulau, 700 lebih bahasa, berbagai agama, dan beragam budaya, tapi kemudian sepakat untuk bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau bukan karena takdir Allah, tidak mungkin itu terwujud," ungkap KH Embay, yang pernah menjadi Ketua Panitia Persiapan Penerapan Syariat Islam Indonesia Banten (P3SIB).

Karena itulah, tutur KH Embay, para pendakwah seharusnya menjadi yang terdepan untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah. Kemudian, mengajak umat untuk bersama-sama mensyukuri nikmat Allah, atas terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Bahkan, hingga usia Indonesia lebih dari 76 tahun, kita sebagai bangsa masih tetap bersatu.

Bahwa ada pengkhianat dalam perjalanan bangsa ini, tentu tidak bisa diingkari. Bahwa ada penyebar kabar bohong untuk memecah-belah, untuk mengadu-domba anak-anak bangsa, itulah realitas yang kita hadapi. "Di zaman Nabi Muhammad masih hidup, ada nabi palsu. Musailamah Al Kazab, misalnya, menyebut serta menyebarkan kepada orang-orang, bahwa ia adalah seorang nabi," papar KH Embay.

Ada juga Abdullah bin Salul, sosok yang dekat dengan Nabi Muhammad, tapi dengan gencar memproduksi serta menyebarkan kabar bohong serta fitnah, untuk memecah-belah umat. "Karena itulah, dakwah yang menyejukkan, dakwah yang penuh simpati serta merangkul, dakwah yang menjaga serta merawat persatuan umat, senantiasa diperlukan," lanjut KH Embay, yang pernah menjadi Sekjen Majelis Musyawarah Masyarakat Banten (M3B).

Dengan kata lain, pengkhianat dalam perjalanan bangsa dan penyebar fitnah untuk memecah-belah umat, agaknya ada di tiap zaman dan di tiap rezim, dari masa ke masa. Dalam hal ini, peran juru dakwah, tentulah sangat penting. Agar umat tidak bingung, agar persatuan umat tetap terjaga, dari penyusupan paham-paham yang berpotensi mengadu-domba anak-anak bangsa.

Sebagai sesepuh Banten, sekaligus sebagai salah seorang pendiri Provinsi Banten, KH Embay concern pada keberadaan juru dakwah muda di wilayah tersebut. Ia paham, proses yang dilalui juru dakwah masa kini, sangat berbeda dengan perjalanan juru dakwah di masa lalu. Di masa lalu, belum ada media berbasis internet, hingga membutuhkan perjalanan panjang untuk bisa tampil di mimbar dakwah, di musala dan masjid.

Sebaliknya, di era internet kini, mimbar dakwah seolah tersedia di mana-mana. Dan, teknologi media internet, memungkinkan sang juru dakwah menjangkau khalayak yang sangat luas. Bagaimana dengan kompetensi sang juru dakwah? Bagaimana mereka memilih serta memilah topik yang relevan dengan umat? KH Embay sangat concern akan hal tersebut.

Isson Khairul (kiri) dan KH Embay berbincang di teras sang kiai di Kota Serang, Banten. Foto: Didik Wiratno
Isson Khairul (kiri) dan KH Embay berbincang di teras sang kiai di Kota Serang, Banten. Foto: Didik Wiratno

Inisiatif sebagai Sesepuh

Kesungguhan KH Embay menyambangi ulama muda serta pendakwah muda di berbagai pengajian dan di berbagai pondok pesantren di wilayah Banten, tentulah patut kita apresiasi. KH Embay mengaku, hal tersebut ia lakukan, semata-mata karena ia sesepuh Banten. Karena, ia ingin menjaga agar aktivitas dakwah di Banten tetap mengacu kepada spirit menjaga serta merawat kerukunan, demi bangsa dan negara ini.

Dalam konteks menjaga serta merawat kerukunan tersebut, KH Embay menyebut, bahwa orang yang mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang berakhlak mulia. Salah satu cirinya adalah mereka yang senantiasa menyelamatkan saudara-saudaranya sesama muslim, dari perbuatan lidah dan tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun