Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remy Sylado, Puisi Jerman, Yudhistira Massardi, dan Jose Rizal

5 Februari 2022   12:08 Diperbarui: 5 Februari 2022   12:11 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remy Sylado dan Ubud Writers. Sosok yang senantiasa memancarkan spirit. Foto: Dok. UWRF
Remy Sylado dan Ubud Writers. Sosok yang senantiasa memancarkan spirit. Foto: Dok. UWRF

Merawat Ikatan Batin

Sampai di sini, kita pun paham, bagaimana Remy Sylado beserta Jose Rizal Manua dan Yudhistira ANM Massardi merawat ikatan batin mereka sebagai sesama seniman. Meski secara fisik mereka tidak selalu bersama, tapi kebersamaan mereka dalam konteks berkarya, sangatlah kuat.

Remy Sylado masih ingat, Yudhistira dulu kerap mampir ke Redaksi Majalah Aktuil di Bandung, markas Remy. Mereka tentu saja ngobrol dan bicara puisi. Bahkan, dalam sejumlah sajak Yudhistira ANM Massardi, kita bisa merasakan ke-mbelingan Remy Sylado.   

Cobalah cermati karya Yudhistira ANM Massardi Biarin tahun 1974 dan Sikat Gigi tahun 1976. Kita bisa merasakan aroma mbeling yang berbasis puisi-puisi mbeling-nya Remy Sylado, yang kala itu menjadi penjaga gawang puisi, menjadi redaktur di majalah musik Aktuil di Bandung. Simak deh petikan sajak Biarin berikut:

kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

Oh, ya, kata mbeling berasal dari bahasa Jawa, yang berarti nakal atau sulit diatur. Dan, ke-nakal-an tersebut bisa kita rasakan di sajak Biarin. Tentu, bukan hanya pada Yudhistira ANM Massardi, kita menemukan ke-mbelingan Remy Sylado.

KH Mustofa Bisri, yang akrab disapa Gus Mus, adalah juga bagian dari ke-mbelingan Remy Sylado. Pada Kamis, 11 Juli 2019 malam, Gus Mus mengungkapkan, "Saya kenal beliau tahun 70-an, saat beliau di  Aktuil dan mengasuh puisi mbeling. Saya ngirim terus (puisi mbeling), dan terus dimuat, tapi (saat itu) pakek nama samaran."  

Pengakuan itu dilakukan Gus Mus di hadapan para hadirin,  saat ia menjadi salah satu pembuka pameran lukisan Maestro Remy Sylado di Balai Budaya, Jakarta Pusat. Maka, kita semakin paham, bagaimana Remy Sylado beserta Jose Rizal Manua, Yudhistira ANM Massardi, dan Gus Mus  merawat ikatan batin mereka sebagai sesama seniman.

Sebagaimana diguratkan Yudhistira ANM Massardi, dalam sajak 23761, yang khusus dipersembahkan untuk Remy, yang dibacakan Jose Rizal Manua, pada Kamis, 3 Februari 2022, pagi itu:

Notasi untuk namamu
Japi Tambayong
Mengabadikan yang jejak
Dan yang tonggak
Apa yang Ilmu
Apa yang Mpu

Jakarta, 5 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun