Daya Ingat Remy dan Yudhis
Puisi karya penyair Jerman itu, diciptakan tahun 1955. Remy Sylado lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1945 dengan nama Yapi Panda Abdiel Tambayong. Artinya, ia lebih tua beberapa tahun dari puisi tersebut.
Remy Sylado mulai mengenal puisi itu ketika berusia 15 tahun. Ketika usianya menginjak 77 tahun, ia dengan fasih membacakan, bahkan menyanyikannya dengan penuh penghayatan. Lengkap dengan nada serta artikulasinya.
Bagaimana ia merawat daya ingat? Bagaimana ia mengharmonikan pikiran dan perasaan saat sakit begini? "Semua karena berkah Tuhan. Karena kurnia Tuhan," ungkapnya penuh takjub. Termasuk, berkah multi talenta yang ia miliki, hingga ia intens menggeluti sastra, musik, film, dan teater dalam kurun yang bersamaan.
Dengan kata lain, Remy Sylado senantiasa bersama Tuhan, Walk with God. Agaknya, karena seluruh kurnia Tuhan itu pulalah, Remy Sylado menjelma menjadi sosok yang dikagumi banyak orang. Bahkan, oleh generasi yang lahir bertahun kemudian, sebagaimana diungkapkan Yudhistira ANM Massardi:
Remy adalah guru
Sylado adalah cakrawala
Bintang di langit baru:
Mbeling. Lembing
Komposisi oposisi
Demikian Yudhistira menampilkan sosok Remy Sylado dalam sajak 23761, yang khusus dipersembahkan untuk Remy. Sajak itu diterima seniman teater Jose Rizal Manua, pada Kamis, 3 Februari 2022, pagi. Hari itu, ketika kami membesuk Remy, Jose Rizal membacakannya, hanya beberapa jengkal dari pembaringan Remy.
Jose Rizal Manua adalah pembaca puisi terbaik. Ia berkali-kali menjadi Juara 1 lomba baca puisi tingkat nasional, yang diadakan oleh lembaga-lembaga yang kredibel. Dan, ia salah seorang senimn yang intens bersama Remy, termasuk menyutradarai sekaligus memainkan naskah teater karya Remy.
Demikian pula dengan Yudhistira ANM Massardi, yang sejak Remy mengelola Majalah Aktuil tahun 1970-an, senantiasa mencermati pergerakan kreativitas Remy dalam berkarya. Yudhis adalah sastrawan sekaligus jurnalis yang dapat kesempatan melakukan riset di Jepang serta mengikuti Program Penulisan Kreatif Internasional di Iowa, Amerika Serikat.
Remy Sylado mendengarkan dengan khidmat, ketika Jose Rizal membacakan sajak Yudhis tersebut. Lama ia tercenung, setelah sajak itu usai dibacakan. "Terima kasih, Yudhis," gumam Remy, yang nampaknya tak kuasa menahan rasa haru. "Ia paham tentang saya," lanjutnya kemudian.