Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remy Sylado, Puisi Jerman, Yudhistira Massardi, dan Jose Rizal

5 Februari 2022   12:08 Diperbarui: 5 Februari 2022   12:11 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan: Jose Rizal Manua, Remy Sylado, Emmy Louisa Tambayong, dan Frans Ekodhanto. Foto: Isson Khairul

Istri Remy Sylado, Emmy Louisa Tambayong, dan doa untuk kesembuhan sang suami. Foto: Dok. Remy
Istri Remy Sylado, Emmy Louisa Tambayong, dan doa untuk kesembuhan sang suami. Foto: Dok. Remy

Daya Ingat Remy dan Yudhis

Puisi karya penyair Jerman itu, diciptakan tahun 1955. Remy Sylado lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1945 dengan nama Yapi Panda Abdiel Tambayong. Artinya, ia lebih tua beberapa tahun dari puisi tersebut.

Remy Sylado mulai mengenal puisi itu ketika berusia 15 tahun. Ketika usianya menginjak 77 tahun, ia dengan fasih membacakan, bahkan menyanyikannya dengan penuh penghayatan. Lengkap dengan nada serta artikulasinya.

Bagaimana ia merawat daya ingat? Bagaimana ia mengharmonikan pikiran dan perasaan saat sakit begini? "Semua karena berkah Tuhan. Karena kurnia Tuhan," ungkapnya penuh takjub. Termasuk, berkah multi talenta yang ia miliki, hingga ia intens menggeluti sastra, musik, film, dan teater dalam kurun yang bersamaan.

Dengan kata lain, Remy Sylado senantiasa bersama Tuhan, Walk with God. Agaknya, karena seluruh kurnia Tuhan itu pulalah, Remy Sylado menjelma menjadi sosok yang dikagumi banyak orang. Bahkan, oleh generasi yang lahir bertahun kemudian, sebagaimana diungkapkan Yudhistira ANM Massardi:

Remy adalah guru
Sylado adalah cakrawala
Bintang di langit baru:
Mbeling. Lembing
Komposisi oposisi

Demikian Yudhistira menampilkan sosok Remy Sylado dalam sajak 23761, yang khusus dipersembahkan untuk Remy. Sajak itu diterima seniman teater Jose Rizal Manua, pada Kamis, 3 Februari 2022, pagi. Hari itu, ketika kami membesuk Remy, Jose Rizal membacakannya, hanya beberapa jengkal dari pembaringan Remy.

Jose Rizal Manua adalah pembaca puisi terbaik. Ia berkali-kali menjadi Juara 1 lomba baca puisi tingkat nasional, yang diadakan oleh lembaga-lembaga yang kredibel. Dan, ia salah seorang senimn yang intens bersama Remy, termasuk menyutradarai sekaligus memainkan naskah teater karya Remy.

Demikian pula dengan Yudhistira ANM Massardi, yang sejak Remy mengelola Majalah Aktuil tahun 1970-an, senantiasa mencermati pergerakan kreativitas Remy dalam berkarya. Yudhis adalah sastrawan sekaligus jurnalis yang dapat kesempatan melakukan riset di Jepang serta mengikuti Program Penulisan Kreatif Internasional di Iowa, Amerika Serikat.

Remy Sylado mendengarkan dengan khidmat, ketika Jose Rizal membacakan sajak Yudhis tersebut. Lama ia tercenung, setelah sajak itu usai dibacakan. "Terima kasih, Yudhis," gumam Remy, yang nampaknya tak kuasa menahan rasa haru. "Ia paham tentang saya," lanjutnya kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun