10 ekor kambing itu jenis peranakan etawa (PE) dan seekor kambing jantan jenis kambing boer. Dengan 10 indukan dan 1 pejantan itulah, Bli Ketut belajar dan latihan cepat beternak kambing. Proses belajar itu dilengkapi dengan konsultasi melalui telepon, dengan peternak kambing di Pubalingga, yang ngobrol dengannya beberapa waktu lalu.
Beberapa bulan kemudian, satu per satu indukan tersebut beranak. Dan, satu per satu anak kambing -disebut cempe- itu, mati. Bli Ketut gelagapan. Ia makin intens konsultasi dengan Purbalingga. Setelah mulai menguasai berbagai kendala, Bli Ketut pun membeli 50 ekor kambing indukan lagi. Itu ia beli dari Purbalingga, kemudian dikirim dengan pickup terbuka ke Bali.
60 Induk Kambing, 55 Cempe
Pada Jumat, 12 November 2021 kemarin, saya menemui I Ketut Purnama di kandang kambingnya di Desa Keramas, Kabupaten Gianyar, Bali. Di desa pertanian itu, sekitar 40 kilometer dari Denpasar, sudah 1,5 tahun belakangan ini Bli Ketut mengolah pikir dan rasa. Mencurahkan seluruh energinya untuk mengurus kambing.
Ia berladang jagung. Jagungnya dijual dan batang jagungnya digunakan untuk pakan kambing. Ia jadi paham tentang jagung, padahal dulu hanya tahu nikmatnya popcorn. Tak jauh dari kandangnya, ada pabrik tempe dan Bli Ketut mendapatkan kulit kedele dari sana. Kulit kedele adalah limbah pabrik tempe. Tak berapa jauh dari sana, juga ada pabrik bir. Bli Ketut mendapatkan ampas gandum dari sana. Ampas gandum adalah limbah pabrik bir. Dari petani kopi di sekitar sana, ia mendapatkan kulit kopi, yang selama ini terbuang percuma.
Batang jagung, kulit kedele, dan ampas gandum. Itulah yang diolah Bli Ketut menjadi pakan fermentasi, sebagai pakan utama kambing di peternakannya. Kini, ada 60 ekor induk kambing dan 55 ekor anak kambing (cempe) di sana. Semua ternak itu damai dan nyaman, karena diayomi oleh orang-orang yang memang sungguh-sungguh melakoni ternak.
Yang membantu Bli Ketut mengurus ternak tersebut adalah orang-orang bermental baja. Mereka adalah calon-calon petinju yang berlatih tinju di Sasana Wake Boxing Camp Gianyar, sasana tinju milik Bli Ketut, yang ia dirikan 3 tahun yang lalu. I Ketut Purnama adalah Ketua Persatuan Tinju Nasional (Pertina) Kabupaten Gianyar.
Bli Ketut bahu-membahu dengan Julio Bria mengelola sasana tinju Wake Boxing Camp tersebut. Julio Bria adalah petinju nasional peraih medali emas Sea Games dan Juara Piala Presiden. Dalam hal ini, Julio Bria yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut, bertindak sebagai pelatih. Bli Ketut menangani manajemen.
Oh, ya, untuk usaha peternakan kambing, Bli Ketut menamainya Wake Farm House. Artinya, saat ini, Wake Boxing Camp dan Wake Farm House menjadi dua aktivitas utama Bli Ketut di tengah pandemi Covid-19. Kedua hal itu menjadi saluran energi, hingga Bli Ketut tak sampai frustrasi menghadapi pandemi yang tak berkesudahan ini.