Dalam hal ini, para peserta downhill harus menunjukkan kemampuan, keberanian, serta keahlian mereka menaklukkan track yang penuh tantangan. Mereka harus mampu melewati drop off, jalur yang sempit dan berliku, termasuk melompati akar pohon, bebatuan, serta rintangan alami lainnya.
Semua itu menuntut keahlian tinggi. Diprediksi, kecepatan para pebalap hingga 70-80 kilometer per jam. Peserta yang mampu mengatasi semua rintangan tersebut, dengan catatan waktu tercepat, itulah yang menjadi pemenang. Mengingat tantangan balap downhill ini, maka peserta diharapkan melengkapi diri dengan perlindungan asuransi.
Dalam konteks balap sepeda gunung, track hutan pinus Cikole bervariasi. Terbagi dalam beberapa jalur, baik untuk pemula, tingkat advance, maupun untuk atlet pro. Dengan kata lain, tiap track memiliki rintangan yang sangat variatif. Rintangan tersebut menjadi semakin seru, bila turun hujan. Jalur menjadi licin. Tanah merah dan berbatu, berpadu dengan tikungan-tikungan tajam.
Oh, ya, karena ajang ini berlangsung di tengah pandemi, Pratomo Setyadi selaku Race Director, menyatakan, tiap tahapan kompetisi dilaksanakan dengan menaati protokol kesehatan. Â "Tiap peserta dan official masuk area, wajib menunjukkan bukti vaksin, swab antigen, dan Form Assessment Covid-19 saat screening," ujar Pratomo Setyadi lebih lanjut.
Selain itu, kepada tiap peserta dan official akan diberikan gelang tanda pengenal, sebagai bukti lolos screening dan tetap mematuhi standar Protokol Kesehatan, seperti memakai masker dengan baik dan benar, menjaga jarak fisik, serta sering mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer.
Jakarta 01 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H