Tiap hari, data tentang Covid-19 di-update. Kita bisa mencermatinya di berbagai media. Mulai dari data tentang kasus baru positif Covid-19 secara nasional, maupun secara wilayah provinsi, hingga ke tingkat kabupaten-kota. Termasuk data tentang zona hijau, oranye, dan merah di tingkat kelurahan. Bagaimana data tersebut diproses?
Tim Surveilans Epidemiologi
Data-data yang di-publish media, mengacu ke data resmi, yang sudah diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berbagai data itu adalah hasil kerja Tim Surveilans Epidemiologi. Untuk kita ketahui bersama, Â Â
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat dilakukan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Seluruh data yang kita cermati tersebut, tentulah data yang sudah diklarifikasi serta sudah disingkronisasi. Di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Tim Surveilans Epidemiologi menempati salah satu ruangan di lantai dua, Tower Dua. Di sana, sejumlah relawan yang memiliki kompetensi riset kesehatan, melakukan tabulasi serta menganalisis secara sistematis dan terus-menerus seluruh data pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Mayjen DR. dr. Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran, mengungkapkan, data serta analisis mereka dilaporkan serta dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam hal ini, data dari Tim Surveilans di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, merupakan data masukan bagi Kemenkes. Sebagai Lembaga Kesehatan Negara, Kemenkes tentu menerima masukan data Covid-19, dari berbagai institusi lain di seluruh Indonesia.
Data yang sudah diklarifikasi serta sudah disingkronisasi oleh Kementerian Kesehatan itulah yang dicermati publik melalui media. Dalam konteks penanganan Covid-19, berbagai data tersebut menjadi dasar bagi Kementerian Kesehatan untuk melakukan aktivitas kesehatan terhadap masyarakat. Mulai dari tingkat Kelurahan, Kabupaten-Kota, hingga ke tingkat Provinsi melalui Dinas Kesehatan setempat.
Teknologi Digital tentu saja sangat membantu arus data tersebut. Pertama, dalam hal sistem peng-input-an data. Kedua, di tahap klarifikasi serta singkronisasi data. Ketiga, kecepatan publik mengakses data tersebut, di mana pun mereka berada. Dengan demikian, para pemangku kepentingan di berbagai tingkatan, bisa langsung merespon data tersebut melalui berbagai kebijakan penanganan Covid-19.
Strategi Obat, Tingkat Kesembuhan
Arus masuk-keluar pasien di RSDC Wisma Atlet Kemayoran adalah bagian dari data yang dicermati Tim Surveilans. Termasuk, tentang pasien yang sembuh, yang pekan-pekan terakhir terus meningkat. Jumlah pasien yang sembuh, terus bertambah. Per Kamis, 26 Agustus 2021 ini, jumlah hunian RSDC Wisma Atlet "hanya" tersisa 1.002 pasien. Â
Dengan demikian, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di RSDC Wisma Atlet adalah 12,69 persen. Secara data, ini merupakan jumlah pasien terendah di RSDC, sejak Juni 2021. Kita tahu, pada Rabu, 30 Juni 2021, puncak keterisian pasien di RSDC mencapai 7.167 orang. Total kapasitas RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang meliputi tower 4, 5, 6 dan 7 adalah sebanyak 7.894 tempat tidur.