Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pasien Bergejala Meningkat, Warga Harus Lebih Waspada

1 Desember 2020   09:49 Diperbarui: 1 Desember 2020   09:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mayjen Tugas Ratmono bersama para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet. Selain mengingatkan warga agar lebih waspada, Tugas Ratmono sekaligus mengingatkan para tenaga kesehatan agar terus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Foto: isson khairul

Ya, warga harus lebih waspada. "Karena, sejak awal November hingga kini, jumlah pasien Covid-19 yang bergejala, terus meningkat. Dari rata-rata 200 pasien per hari, sebagian besar dari mereka adalah pasien yang bergejala," ujar Mayjen Tugas Ratmono, Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kenapa warga harus lebih waspada?

Dominan Pasien Bergejala

Ini tantangan baru bagi para tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet. Ini juga merupakan tantangan baru bagi warga. Hal itu diungkapkan oleh Mayjen Tugas Ratmono, pada Senin (30/11/2020). Disebut tantangan baru, karena kategori pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet sejak awal November lalu adalah mereka yang bergejala ringan dan sedang.

Itu berbeda dengan pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet pada September dan Oktober lalu. Di dua bulan tersebut, pasien didominasi oleh mereka yang Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena itulah, pada waktu itu, tower 4 dan 5 di RSDC Wisma Atlet sengaja dioperasikan untuk mereka yang OTG, sebagai tempat isolasi mandiri pasien yang bersangkutan.

Perlu diketahui, sejak RSDC Wisma Atlet dioperasikan pada Maret 2020, tower 6 dan 7 khusus untuk pasien Covid-19 yang bergejala ringan dan sedang. Tower 4 dan 5 untuk OTG. "Kini kondisinya terbalik, pasien bergejala lebih dominan. Tower 4 dan 5 lebih banyak diisi oleh pasien bergejala," ungkap Letkol Laut Muhammad Arifin, Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet, pada Jumat (27/11/2020).

Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin menduga, meningkatnya jumlah pasien Covid-19 sejak awal November lalu, karena dampak libur panjang 4 hari, pada 27-30 Oktober 2020 lalu. Tapi, kenapa didominasi oleh pasien yang bergejala ringan dan sedang? Kedua petinggi RSDC Wisma Atlet tersebut tak hendak berspekulasi.

Meski demikian, dari diskusi dengan mereka, saya menduga, penyebabnya adalah karena intensitas warga selama liburan 4 hari tersebut. Di kurun waktu empat hari itu, sebanyak 655.365 kendaraan meninggalkan Jakarta. Setidaknya, ada 1.000.000 lebih warga dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang berlibur ke luar kota.

Interaksi sesama mereka, juga dengan warga lain di destinasi wisata dan rumah makan misalnya, tentulah tinggi intensitasnya. Boleh jadi, mereka yang awalnya negatif, karena intensitas interaksi yang tinggi selama liburan, terpapar Covid-19. Mungkin pada awalnya OTG. Tapi, karena libur panjang, karena intensitas interaksi mereka yang tinggi, membuat kondisi mereka terpapar Covid-19 bergejala.

Mayjen Tugas Ratmono bersama para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet. Selain mengingatkan warga agar lebih waspada, Tugas Ratmono sekaligus mengingatkan para tenaga kesehatan agar terus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Foto: isson khairul
Mayjen Tugas Ratmono bersama para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet. Selain mengingatkan warga agar lebih waspada, Tugas Ratmono sekaligus mengingatkan para tenaga kesehatan agar terus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Foto: isson khairul

Meningkat Secara Merata

Liburan yang panjang dan intensitas interaksi yang tinggi, menjadi indikator yang kuat sebagai penyebab. Kenapa? Karena, peningkatan jumlah pasien Covid-19 sejak awal November, bukan hanya terjadi di RSDC Wisma Atlet. Di sejumlah wilayah yang menjadi destinasi wisata favorit, juga terjadi peningkatan serupa.

Di Jawa Tengah, misalnya, Kementerian Kesehatan mencatat, tambahan kasus positif Covid-19 di Provinsi itu pada Senin (23/11/2020), mencapai 1.005 orang. Bahkan, pemerintah Provinsi Jawa Tengah melaporkan, tambahan kasus pada 23 November 2020, sebesar 1.264 orang. Demikian pula dengan di Jogjakarta, yang peningkatan pasien Covid-19 di sana mencapai tiga kali lipat.

Jawa Tengah dan Jogjakarta adalah dua wilayah yang memiliki cukup banyak destinasi wisata favorit, yang menjadi tujuan utama warga dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Itu indikator di wilayah destinasi wisata. Indikator di wilayah tempat asal wisatawan, yaitu Jabodetabek, juga terjadi peningkatan serupa.

Secara keseluruhan, Letjen Doni Monardo mengatakan, ada peningkatan kasus yang cukup signifikan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir. Dengan demikian, memang ada korelasi yang kuat antara peningkatan jumlah pasien Covid-19 dengan libur panjang 4 hari, pada 27-30 Oktober 2020 lalu.

Bagaimana dengan intensitas interaksi yang tinggi? Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin menyebut tentang kondisi di tempat makan, khususnya di masa libur panjang. "Pengunjung banyak dan mereka yang makan tentulah membuka masker. Di tempat itu umumnya ya mereka ngobrol, itu berpotensi untuk tertular dan menulari," kata Mayjen Tugas Ratmono.

Apalagi, menurut Letkol Laut Muhammad Arifin, di masa liburan, kecenderungan untuk ber-welfie-ria relatif tinggi. "Ketika foto-fotoan itu, umumnya ya mereka melepas masker. Protokol jaga jarak cenderung diabaikan. Malah tertawa-tawa dan bersorak gembira dalam kondisi berdekat-dekatan, itu berpotensi untuk tertular dan menulari," lanjut Letkol Laut Muhammad Arifin.

Intensitas interaksi yang tinggi seperti di rumah makan dan saat ber-welfie-ria tersebut, dengan sendirinya berkorelasi kuat dengan penyebaran Covid-19 di masa liburan panjang tersebut. Dengan kata lain, lengahnya warga terhadap protokol kesehatan di masa berlibur, menjadi indikator pemicu yang kuat meningkatnya pasien Covid-19 sejak awal November.     

Isson Khairul (kiri) bersama Letkol Laut Muhammad Arifin, Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet. Distribusi pasien ke sejumlah tower berlangsung sepanjang waktu, karena peningkatan jumlah pasien. Situasi ini hendaknya semakin menyadarkan warga agar lebih waspada. Foto: isson khairul
Isson Khairul (kiri) bersama Letkol Laut Muhammad Arifin, Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet. Distribusi pasien ke sejumlah tower berlangsung sepanjang waktu, karena peningkatan jumlah pasien. Situasi ini hendaknya semakin menyadarkan warga agar lebih waspada. Foto: isson khairul

80 Persen Pernah Lengah      

Sejumlah hal yang dikemukakan Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin tentang meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di atas, tentu agar warga senantiasa waspada. Bahwa pasien yang dominan adalah mereka yang bergejala rendah dan sedang, adalah realitas yang hendaknya membuat warga menjadi lebih waspada.

Sungguh, Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin sama sekali tak bermaksud untuk menakut-nakuti publik. Tapi, lebih ditujukan untuk menggugah kesadaran publik, kesadaran bersama. Karena, rantai penyebaran Covid-19 ini tak akan putus, jika tidak didasari oleh kesadaran untuk menjaga kesehatan bersama.  

"Kita harus mengingatkan satu sama lain, untuk selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan. Karena, kunci utama melawan Covid-19 adalah jangan sampai lengah, kita mesti selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan," kata Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, SpS., MARS., MH dalam perbincangan pada Minggu (29/11/2020).

Lengah? Mayjen Tugas Ratmono mengutipkan hasil suatu survey tentang kelengahan tersebut. Ia menyebut, 80 persen dari mereka yang terpapar Covid-19, mengaku telah menjalankan protokol kesehatan. Hanya, sekali lagi hanya, ada saat-saat tertentu mereka lengah menaati protokol kesehatan yang dimaksud.

Antara lain, lengah menjaga jarak ketika makan bersama, padahal sadar bahwa mereka sama-sama tidak mengenakan masker. Terkadang, juga lengah memakai hand sanitizer, padahal sadar bahwa tangan mereka telah menyentuh benda-benda yang juga kerap disentuh orang lain. Termasuk juga kerap lengah karena saking bersuka-ria tatkala ber-welfie-ria bersama.

Nah, di saat-saat lengah tersebut, yang kebetulan pula saat itu imunitas tubuh sedang menurun, maka mereka pun terpapar Covid-19. Menyesal? Tentu saja iya. Sekali lagi, Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin sama sekali tak bermaksud untuk menakut-nakuti publik terkait hasil survey tersebut.

Kedua petinggi Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet itu, justru hendak menggugah kesadaran semua pihak, agar jangan lengah. Jangan lupa menaati protokol kesehatan. Jangan lupa untuk saling mengingatkan.

"Perang melawan Covid adalah perang bersama seluruh elemen bangsa. Disiplin bersama menaati protokol kesehatan, tentu akan mempercepat negeri ini bebas dari pandemi yang menyengsarakan ini," ungkap Mayjen TNI Tugas Ratmono, yang juga merupakan Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Jakarta 01-12-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun