Ya, warga harus lebih waspada. "Karena, sejak awal November hingga kini, jumlah pasien Covid-19 yang bergejala, terus meningkat. Dari rata-rata 200 pasien per hari, sebagian besar dari mereka adalah pasien yang bergejala," ujar Mayjen Tugas Ratmono, Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kenapa warga harus lebih waspada?
Dominan Pasien Bergejala
Ini tantangan baru bagi para tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet. Ini juga merupakan tantangan baru bagi warga. Hal itu diungkapkan oleh Mayjen Tugas Ratmono, pada Senin (30/11/2020). Disebut tantangan baru, karena kategori pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet sejak awal November lalu adalah mereka yang bergejala ringan dan sedang.
Itu berbeda dengan pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet pada September dan Oktober lalu. Di dua bulan tersebut, pasien didominasi oleh mereka yang Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena itulah, pada waktu itu, tower 4 dan 5 di RSDC Wisma Atlet sengaja dioperasikan untuk mereka yang OTG, sebagai tempat isolasi mandiri pasien yang bersangkutan.
Perlu diketahui, sejak RSDC Wisma Atlet dioperasikan pada Maret 2020, tower 6 dan 7 khusus untuk pasien Covid-19 yang bergejala ringan dan sedang. Tower 4 dan 5 untuk OTG. "Kini kondisinya terbalik, pasien bergejala lebih dominan. Tower 4 dan 5 lebih banyak diisi oleh pasien bergejala," ungkap Letkol Laut Muhammad Arifin, Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet, pada Jumat (27/11/2020).
Mayjen Tugas Ratmono dan Letkol Laut Muhammad Arifin menduga, meningkatnya jumlah pasien Covid-19 sejak awal November lalu, karena dampak libur panjang 4 hari, pada 27-30 Oktober 2020 lalu. Tapi, kenapa didominasi oleh pasien yang bergejala ringan dan sedang? Kedua petinggi RSDC Wisma Atlet tersebut tak hendak berspekulasi.
Meski demikian, dari diskusi dengan mereka, saya menduga, penyebabnya adalah karena intensitas warga selama liburan 4 hari tersebut. Di kurun waktu empat hari itu, sebanyak 655.365 kendaraan meninggalkan Jakarta. Setidaknya, ada 1.000.000 lebih warga dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang berlibur ke luar kota.
Interaksi sesama mereka, juga dengan warga lain di destinasi wisata dan rumah makan misalnya, tentulah tinggi intensitasnya. Boleh jadi, mereka yang awalnya negatif, karena intensitas interaksi yang tinggi selama liburan, terpapar Covid-19. Mungkin pada awalnya OTG. Tapi, karena libur panjang, karena intensitas interaksi mereka yang tinggi, membuat kondisi mereka terpapar Covid-19 bergejala.
Meningkat Secara Merata