Untuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, RSDC Wisma Atlet tentulah menjadi tumpuan. Karena, rumah sakit darurat itu mampu menampung pasien hingga 10.000 orang. Kini, setelah libur panjang, tingkat hunian tower 6 dan 7 melonjak menjadi 72,83 persen. Kedua tower tersebut khusus untuk perawatan pasien Covid-19 dengan gejala rendah dan sedang.
Pada saat yang sama, hunian tower 4 dan 5 juga meningkat menjadi 37,61 persen. Kedua tower tersebut khusus untuk perawatan pasien Covid-19 orang tanpa gejala (OTG). "Pada September lalu, keterisian keempat tower itu hampir mencapai 90 persen. Antisipasinya adalah dengan mengoperasikan satu tower lagi, yaitu tower 8 di kawasan Pademangan," kata Mayjen Tugas Ratmono.
Tower 8 itu tidak jadi dioperasikan, meski sudah siap untuk digunakan. Karena, jumlah pasien yang sembuh lebih banyak dari pasien yang masuk. Bahkan, hingga akhir September, pasien yang tersisa di RSDC Wisma Atlet hanya sekitar 30 persen. Eh, awal November sehabis libur panjang, lonjakan pasien terjadi. Rata-rata 150-200 pasien per hari. Lebih banyak yang masuk dibandingkan dengan pasien yang keluar.
Mayjen Tugas Ratmono memastikan, RSDC Wisma Atlet selalu siaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Baik dari segi infrastruktur kesehatan, maupun dari sisi tenaga kesehatan. "Kami tidak mau menduga-duga. Kami siap dengan segala kemungkinan, termasuk jika terjadi lonjakan hingga 400 pasien per hari seperti September lalu," kata Mayjen Tugas Ratmono.
Kesiapsiagaan RSDC Wisma Atlet tersebut, tentulah bagian dari upaya untuk menenangkan publik. Menurut Mayjen Tugas Ratmono, ini adalah fasilitas yang disiapkan pemerintah untuk percepatan penanganan Covid-19. Dalam konteks lonjakan pasien sehabis libur panjang ini, Mayjen Tugas Ratmono mengingatkan kembali, agar warga secara disiplin menaati protokol kesehatan.
Intinya, jangan lupa pakai masker. Sering-sering cuci tangan. Dan, hindari kerumunan. "Tiap orang harus menjaga diri agar tidak tertular dan tidak menulari. Lonjakan pasien sehabis libur panjang ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh pandang enteng. Jangan lengah," ungkap Mayjen Tugas Ratmono, yang di tiap kesempatan selalu mengingatkan protokol kesehatan. Â Â Â Â Â
Dampak Liburan, Penularan Covid
Lonjakan pasien di atas, tentu bisa menjadi indikator yang menunjukkan korelasi antara aktivitas liburan warga dengan penularan Covid-19. Dengan kata lain, semakin meningkat pergerakan warga, maka semakin meningkat pula penularan Covid-19. Benarkah liburan menjadi faktor penyebab? Tentu perlu penelitian lebih jauh, untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif.
Yang jelas, pasca libur panjang 27-30 Oktober 2020 lalu, peningkatan pasien Covid-19 bukan hanya terjadi di Jakarta. Kementerian Kesehatan mencatat, tambahan kasus positif Covid-19 di Jawa Tengah pada Senin (23/11/2020), mencapai 1.005 orang. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melaporkan, tambahan kasus pada 23 November 2020, sebesar 1.264 orang.
Heroe Poerwadi selaku Ketua Harian Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kota Yogyakarta mengatakan, peningkatan penularan Covid-19 di Kota Yogyakarta setelah libur panjang, meningkat 3 kali lipat. Hal itu diperkuat oleh Doni Monardo selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Doni Monardo mengatakan, ada peningkatan kasus yang cukup signifikan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir.