Abdul Hamid Rizal, khusyuk berdoa. Dengan peci hitam serta lilitan kain khas Melayu di pinggang, Bupati Kabupaten Natuna itu menadahkan kedua belah tangan. "Alhamdulillah, hingga kini Kabupaten Natuna zero Covid-19. Warga Natuna kompak menjaga sesama, agar terhindar dari virus corona," ungkap Abdul Hamid Rizal, pada Sabtu (17/10/2020) lalu, di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Kekompakan, Kekuatan Natuna
Abdul Hamid Rizal adalah sosok Bupati yang ramah. Ia langsung senyum, ketika kami mendekat. Pada Sabtu (17/10/2020) sore itu, saya selaku Kompasianer dan rekan saya dari CNNIndonesia, sengaja bikin janji dengan sang Bupati, yang memang sedang ada tugas ke Jakarta.
Ada dua hal yang membuat kami ingin berbincang dengannya. Pertama, karena Kabupaten Natuna baru saja memperingati HUT ke-21, pada Senin (12/10/2020) lalu.Â
Kedua, karena Kabupaten Natuna hingga kini zero Covid-19. Padahal, pada Minggu (02/02/2020) hingga Sabtu (15/02/2020), ada 243 WNI yang dipulangkan dari Wuhan, Provinsi Hubei, China, dikarantina di area Lapangan Udara (Lanud) Raden Sadjad, Ranai, Kabupaten Natuna.
"Kami tegas dan warga Kabupaten Natuna kompak," ujar Abdul Hamid Rizal mengungkapkan salah satu kunci utama, kenapa Natuna mampu bertahan zero Covid-19. Wujud ketegasan itu adalah dengan membentuk Satgas Covid-19 hingga ke tingkat desa. Kita tahu, Kabupaten Natuna memiliki 16 Kecamatan, dengan 75 desa atau kelurahan.
"Untuk swab test, kami mengirim sampel ke laboratorium di Batam," ujar Abdul Hamid Rizal, "hasilnya baru kami terima 3-4 hari kemudian." Jarak Ranai sebagai ibu kota Kabupaten Natuna dengan Batam sebagai ibu kota Kota Batam, sekitar 580 kilometer, yang bisa ditempuh dengan sekitar 1 jam penerbangan.
Sebagai wilayah kepulauan di Provinsi Kepulauan Riau, Abdul Hamid Rizal mengakui, memang tidak mudah mengawasi lalu-lintas warga. Maklum, ada 154 pulau besar dan kecil di Kabupaten Natuna. "Tanpa kekompakan warga, kami tidak mungkin mampu mengawasi para pendatang. Sangat banyak pintu masuk di berbagai pulau tersebut," kata Abdul Hamid Rizal lebih lanjut.
Kapal Penumpang Dilarang Bersandar
Pada Rabu (08/01/2020), Presiden Joko Widodo menyebut, jumlah penduduk Kabupaten Natuna sekitar 81.000 jiwa. Itu diungkapkan Presiden ketika mengunjungi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Selat Lampa, Kabupaten Natuna. Di Selat Lampa, ada Pelabuhan Pelni, tempat bersandarnya kapal penumpang dari Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Di satu sisi, kebijakan tersebut pastilah merugikan, karena aktivitas warga menjadi terhambat. Di sisi lain, penutupan pelabuhan dari kapal penumpang, harus dilakukan demi mencegah penularan Covid-19. Sekali lagi, warga serta para pemangku kepentingan di Kabupaten Natuna, kompak menerima keputusan penutupan pelabuhan tersebut.
Sebaliknya, kapal barang yang membawa kebutuhan pokok, tetap diperkenankan memasuki pelabuhan di Kabupaten Natuna. "Aturannya, juga ketat," tutur Abdul Hamid Rizal, "Anak Buah Kapal (ABK) kapal barang tersebut, harus menjalani swab test dan baru diperbolehkan turun ke dermaga pelabuhan, jika hasil swab test mereka negatif. Seluruh barang di atas kapal, disemprot dengan disinfektan, sebelum diturunkan ke pelabuhan."
Proses pengambilan sampel ABK untuk swab test dan penyemprotan muatan kapal barang tersebut, dilakukan di perairan luar area pelabuhan. Setelah hasil swab test ABK keluar, sekitar 3-4 hari kemudian, dan hasilnya negatif, baru kemudian kapal barang itu dibolehkan bersandar di pelabuhan serta menurunkan muatan mereka.
Dari pelabuhan di Kabupaten Natuna, kapal barang membawa berbagai komoditi. Antara lain, komoditi pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan. Dengan demikian, aktivitas ekonomi warga, relatif masih terjaga di masa pandemi Covid-19 ini. Dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, proses arus bongkar-muat agak melambat, karena konsekuensi dari penerapan protokol kesehatan.
Kabupaten Natuna bukan hanya patut dicatat sebagai Kabupaten yang zero Covid-19. Tapi, sekaligus menjadi catatan penting bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam memerangi Virus Corona. Pada Minggu (02/02/2020) hingga Sabtu (15/02/2020), 243 WNI yang dipulangkan dari Wuhan, dikarantina di area Lapangan Udara (Lanud) Raden Sadjad, Ranai, Kabupaten Natuna. Â
Pada awalnya, Lapangan Udara tersebut merupakan Pangkalan TNI Angkatan Udara (AU), dengan nama Lanud Ranai. Kemudian, pada 21 Oktober 2016, nama Pangkalan TNI AU yang semula bernama Lanud Ranai itu diubah menjadi Lanud Raden Sadjad.
Raden Sadjad adalah tokoh perintis TNI Angkatan Udara. Ia yang memimpin pelaksanaan pembangunan pangkalan udara pertama di Natuna, bersama tujuh orang timnya pada 5 Mei 1955. Maka, tepatlah bila disebut, Kabupaten Natuna merupakan penanda pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerangi Virus Corona.
Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H. yang kini menjadi Kepala Pusat Kesehatan TNI sekaligus Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, menuturkan, ia mengirimkan sejumlah tenaga kesehatan untuk mendukung proses karantina di Lanud Raden Sadjad tersebut.
Dengan kata lain, Kabupaten Natuna menjadi jejak penting bagi percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia. Bagi Abdul Hamid Rizal selaku Bupati Kabupaten Natuna, ini tentulah merupakan tantangan tersendiri untuk terus menjaga Kabupaten Natuna sebagai Kabupaten zero Covid-19. Ia optimis akan hal tersebut, karena didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentingan di Natuna.
"Kami bersama Kapolres, Dandim, Dinas Kesehatan, serta seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Natuna, selalu siaga menjaga warga Natuna, agar menaati protokol kesehatan. Agar tidak tertular dan tidak menularkan Covid-19 kepada sesama," ujar Bupati Kabupaten Natuna itu lebih lanjut.
Kongkritnya? "Kami siaga. Kami piket secara bergantian, pagi, siang, dan malam," tukas Abdul Hamid Rizal menutup percakapan pada Sabtu (17/10/2020) sore itu.
Jakarta 18-10-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H