Ketua RW dan sejumlah warga Ciletuh Hilir membandingkan harga ganti untung yang dibayarkan perusahaan yang membebaskan tanah sebagian warga setempat untuk Jalan Tol Bocimi dan untuk jalur rel ganda kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur. Menurut mereka, pihak yang membangun jalan tol dan rel ganda itu, menghargai tanah mereka Rp 4.500.000,- per meter.
Sebaliknya, pihak PT MNC Land Tbk & Group hanya menghargai tanah mereka sekitar Rp 2.000.000 per meter. Ini salah satu alasan, mengapa sebagian besar warga Ciletuh Hilir enggan menjual tanah mereka dan memilih bertahan di kampung kelahiran mereka, meski kelak kampung mereka terkepung rapat oleh kawasan Trump Development dan MNC Lido City, yang akibatnya mereka kehilangan akses keluar-masuk.
Kenapa sebagian warga Ciletuh Hilir mau menjual tanah mereka dengan harga yang sangat tidak berkeadilan? Beberapa warga menuturkan, mereka itu adalah yang anggota keluarga mereka bekerja di Trump Development dan MNC Lido City sebagai petugas keamanan atau petugas kebersihan. Setelah mereka diterima bekerja, menurut sejumlah warga, mereka diminta untuk menjual tanah milik mereka dengan harga yang sudah dipatok oleh perusahaan tersebut.
"Jika mereka menolak untuk menjual," tutur M. Wahab Sunandar, salah seorang warga Ciletuh Hilir, "mereka akan dikeluarkan dari perusahaan. Karena butuh pekerjaan untuk menyambung hidup ya mereka menjual tanah dengan terpaksa. Terpaksa menjual dengan harga yang sudah dipatok perusahaan." Itulah salah satu dilema yang dihadapi warga Ciletuh Hilir, yang secara ekonomi adalah wong cilik, kaum lemah yang nyaris tak punya pilihan.
Warga Ciletuh Hilir tentulah saudara kita, warga negara Republik Indonesia, yang kini dikuasai oleh Partai Politik yang kerap menyatakan diri sebagai Partai Pembela wong cilik. Jika mengacu ke nasib tragis yang dialami warga Ciletuh Hilir, slogan partai pembela wong cilik tersebut hanyalah sebatas angan-angan. Slogan yang bertolak-belakang dengan kenyataan. Selama 7 tahun warga Ciletuh Hilir menggapai-gapai untuk mendapatkan perlakuan yang berkeadilan, nyaris tak ada yang peduli, apalagi membela.
Dengan segala keterbatasan, warga Ciletuh Hilir tentulah bukan lapisan masyarakat yang sepadan untuk berhadapan dengan sikap dan perlakuan Trump Development dan MNC Lido City tersebut. Meski, mereka mendiami rumah di tanah milik mereka. Meski mereka bermukim di tanah yang sudah disertai dengan surat-surat kepemilikan lengkap. Karena itulah, dibutuhkan pihak yang peduli, untuk mengayomi warga Ciletuh Hilir.
Situasi serta kondisi yang dihadapi warga Ciletuh Hilir dengan Trump Development dan MNC Lido City tersebut, adalah potret sosial ekonomi wong cilik, yang kerap terjadi di negeri ini. Wong cilik warga Ciletuh Hilir tentulah akan kalah oleh kekuatan uang, kekuatan investor Trump Development dan MNC Lido City yang raksasa tersebut.
Yang tersisa hanya puing. Satu per satu tetangga pergi, menggerus silaturahmi yang telah terbina bertahun-tahun. Uang telah memisahkan mereka. Relasi kemanusiaan selama bertahun-tahun, kalah oleh kekuatan uang Trump Development dan MNC Lido City. Akan kah seluruh warga Ciletuh Hilir tersingkir dari tanah kelahiran mereka? Akan kah Ciletuh Hilir akan lenyap dari peta bumi?
M. Wahab Sunandar menjawab, "Tidak." Ia bersama ratusan warga Ciletuh Hilir akan mempertahankan tanah kelahiran mereka hingga titik darah terakhir. Mereka bertekad, tidak akan menjual tanah mereka ke Trump Development dan MNC Lido City. Sebagai upaya untuk memperkuat tekad tersebut, mereka minta didampingi oleh Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Japar) Indonesia, lembaga bantuan hukum yang peduli pada nasib warga Ciletuh Hilir.