Makan itu selera. Perlu variasi menu untuk membangkitkan selera makan. Di saat yang sama, perlu kandungan gizi yang cukup, agar sehat dan menyehatkan. Bagaimana menyiasatinya? "Kami berganti menu tiap hari, dengan siklus 10 hari," ujar Mayor Tri Harsono selaku Koordinator Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
Menu Nakes, Menu Pasien
Ada dua kategori menu yang disiapkan: untuk tenaga kesehatan (nakes) dan untuk pasien. Yang untuk pasien, terbagi lagi menjadi beberapa kategori, sesuai dengan kondisi kesehatan pasien yang bersangkutan. Secara jumlah, tentu saja sangat banyak, lebih dari 1.000 porsi tiap kali jadwal makan. Baik untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam.
Jumlahnya banyak, variasi kategorinya pun banyak. Semua harus dilakukan secara cermat, karena ini kan untuk kebutuhan Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC). Artinya, sejak dari berupa bahan makanan, proses pengolahan, tahap packing, hingga distribusi ke tenaga kesehatan dan pasien, harus sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
Seluruh tahapan tersebut berada di bawah komando Mayor Tri Harsono, selaku Koordinator Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet. Tri Harsono, lengkapnya Mayor Kes Tri Harsono, S.Gz., M.Gz., RD., adalah Kepala Klinik Gizi Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Dinas Kesehatan TNI Angkatan Udara. Ini adalah Rumah Sakit Militer tingkat II, yang berada di Bandung, Jawa Barat.
Tentu, semua yang dilakukan Mayor Tri Harsono, mengacu kepada sistem yang sudah digariskan oleh Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H, selaku Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran.
Mayjen Tugas Ratmono adalah pimpinan tertinggi di RSDC Wisma Atlet. Beliau sosok pimpinan yang tegas dan sangat humanis. Di bawah arahan Mayjen Tugas Ratmono, Mayor Tri Harsono leluasa mengeksekusi serta mengembangkan pola manajemen gizi di lingkungan RSDC Wisma Atlet. Ada 40 lebih relawan yang sehari-hari bertugas menangani asuhan gizi di sana.
Aktivitas tim gizi di RSDC Wisma Atlet, dipusatkan di Tower 2. Aroma makanan yang membangkitkan selera, tentu saja menjadi atmosfir utama di area tersebut. Dari sanalah rotasi menu bergantian dari hari ke hari. Mayor Tri Harsono menuturkan, yang dimaksud dengan siklus menu 10 hari adalah menu hari pertama, kedua, hingga hari ke-10, tidak sama. Selalu berbeda.
Nah, baru di hari ke-11, menu hari pertama tersebut ditampilkan kembali. "Ini adalah cara kami di tim gizi untuk menjaga variasi menu, agar tenaga kesehatan dan pasien tidak bosan. Agar selera makan mereka tetap terjaga," tukas Mayor Tri Harsono lebih lanjut.
Salah satu kunci dari manajemen gizi yang diterapkan Mayor Tri Harsono adalah: cermat, tepat. Untuk itu, di tiap kotak menu, selalu diterakan nama pasien. Ini untuk memastikan, agar makanan yang dimasukkan ke dalam kotak makanan itu, benar-benar sesuai dengan kondisi kesehatan pasien yang bersangkutan.
"Mal nutrisi, tidak boleh terjadi. Harus cermat, tepat. Karena, asupan gizi terhadap pasien, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan imun tubuh pasien, yang berkorelasi dengan percepatan pemulihan pasien yang bersangkutan," ujar Mayor Tri Harsono sambil menunjukkan proses relawan memasukkan makanan satu per satu ke dalam kotak di Tower 2.
Mayor Tri Harsono secara lebih detail menjelaskan, makanan yang disiapkan untuk pasien mengandung 2.500 kalori, dengan kandungan protein 1-1,2 per kilogram berat badan. Takaran tersebut berlaku untuk pasien dengan kondisi normal, yang dikategorikan Mayor Tri Harsono sebagai menu diet sehat. Takaran kalori dan protein tersebut akan disesuaikan dengan kondisi pasien, yang ia sebut sebagai menu diet khusus.
Oh, ya, dalam merumuskan menu diet sehat dan menu diet khusus, Mayor Tri Harsono mempertimbangkan kondisi fisik dan kondisi psikis pasien. Pencermatan detail demikian, dilakukan tiap hari, berdasarkan laporan kondisi tiap pasien yang ia terima dari sejumlah devisi yang memantau tiap pasien. Misalnya, ada devisi yang khusus mencermati kondisi psikis pasien saja. Devisi lain mencermati hal khusus lainnya.
Laporan dari keseluruhan devisi tentang kondisi pasien, itulah yang tiap hari dianalisis oleh Mayor Tri Harsono bersama tim. Hasil analisis tersebut menjadi acuannya dalam menentukan kandungan dan protein yang relevan untuk tiap pasien. Selanjutnya, baru ia eksekusi menjadi paket menu agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasien yang bersangkutan.
Harap diingat, seluruh tahapan proses yang dilakukan Mayor Tri Harsono bersama tim, sejak dari berupa bahan makanan, proses pengolahan, tahap packing, hingga distribusi ke tenaga kesehatan dan pasien, mengacu ke protokol kesehatan Covid-19. Artinya, kecermatan dan  ketepatan menjadi suatu keharusan.
Demikian pula dengan pendistribusian makanan. Dari Tower 2 tersebut, kotak makanan yang sudah terisi itu didistribusikan ke tower lain dengan bentor, kendaraan mini roda tiga. Bentor itu hanya khusus untuk mengangkut makanan, tidak digunakan untuk mengangkut barang lain. Di badan bentor itu dituliskan "Untuk Makanan." Ini adalah untuk menjaga protokol kesehatan Covid-19.
Petugas bentor hanya mengantar kotak makanan itu sampai ke pintu tower yang dituju. Selanjutnya, petugas di tower itulah yang akan mendistribusikan ke kamar pasien. Sistem bertahap antar bagian yang ditetapkan Mayjen Tugas Ratmono, menjadi acuan Mayor Tri Harsono ketika mengeksekusinya di lapangan.
Pengalaman lapangan Mayor Tri Harsono dalam menangani asupan gizi tenaga kesehatan dan pasien Covid-19, tentulah sangat mendukung aktivitasnya di RSDC Wisma Atlet.Â
Sebelumnya, ia pernah bertugas mengelola gizi untuk pasien Covid-19 di Natuna, Kepulauan Riau. "RSDC Wisma Atlet ini kan skala rumah sakit besar. Pasien dan nakesnya banyak. Kondisi pasien juga sangat beragam. Ini tantangan bagi saya dalam mengelola manajemen gizi di sini," ungkap Mayor Tri Harsono.
Maka, sangatlah tepat Mayjen Tugas Ratmono ditugaskan sebagai Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran ini. Pengalamannya sebagai Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), tentu sangat dibutuhkan di rumah sakit darurat skala besar seperti RSDC Wisma Atlet. Tujuannya tentulah agar pasien terlayani dengan baik dan tenaga kesehatan terlindungi, hingga mampu bertugas secara optimal.
Jakarta 26-09-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H