Tiap tim yang sudah bertugas selama satu shift, yaitu 8 jam kerja per hari, mereka langsung istirahat. Masa istirahat mereka selama 32 jam. Di rentang 32 jam tersebut, mereka melakukan relaksasi, bersenam, dan berolahraga. Seluruh fasilitas untuk itu, sudah disiapkan oleh Mayjen Tugas Ratmono di lingkungan RSDC Wisma Atlet.
Kenapa sampai demikian? "Mengenakan alat pelindung diri (APD) saja selama 8 jam, sudah melelahkan bagi dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya," ujar Mayjen Tugas Ratmono. Bukan hanya lelah secara fisik, juga lelah secara psikis. Nah, selama 8 jam itu, mereka bertugas merawat pasien. "Kondisi itulah yang kami respon, dengan mengalokasikan waktu istirahat selama 32 jam, agar mereka benar-benar fit untuk bertugas kembali," lanjut Mayjen Tugas Ratmono.
Keputusan untuk waktu istirahat selama 32 jam tersebut, tentulah berdasarkan analisa yang cermat. Kondisi fisik dan psikis dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, benar-benar dipertimbangkan secara matang. Tingkat kelelahan mereka pun diukur dengan saksama. "Tujuannya, agar mereka mampu bertugas secara maksimal. Itu salah satu kunci untuk memulihkan pasien," lanjut Mayjen Tugas Ratmono.
Dari alokasi jam kerja dan jam istirahat itu saja, terbukti bahwa sistem jitu yang dibangun Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet, benar-benar suatu sistem yang terukur. Sangat mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Kelelahan mereka tak sampai melewati ambang batas. Mereka jadi mampu bertugas secara optimal.
Daeng Mohammad Faqih selaku Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengapresiasi operasional RSDC Wisma Atlet yang dipimpin oleh Mayjen Tugas Ratmono. Daeng Mohammad Faqih menyebut, sejak RSDC Wisma Atlet dioperasikan pada Senin (23/03/2020) hingga kini, PB IDI sudah melakukan 27 gelombang penugasan dokter ke RSDC Wisma Atlet.
"Pada awalnya, tiap gelombang terdiri dari 30 dokter. Belakangan, karena jumlah pasien terus bertambah, maka dinaikkan menjadi 50 dokter per gelombang," ungkap Daeng Mohammad Faqih. Dukungan yang demikian bisa terjadi, karena Mayjen Tugas Ratmono senantiasa menjalin komunikasi yang intensif dengan PB IDI umumnya dan dengan Daeng Mohammad Faqih khususnya.
Dengan Harif Fadhillah selaku Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pun demikian. "Hingga saat ini, sudah 1.000 lebih perawat yang sudah kami tugaskan di RSDC Wisma Atlet ini," ujar Harif Fadhillah. Selain itu, ia juga selalu menyiagakan sejumlah perawat, jika sewaktu-waktu RSDC Wisma Atlet membutuhkan tambahan.
Atas dasar pertimbangan semua itulah, Daeng Mohammad Faqih dan Harif Fadhillah menyarankan agar rumah sakit dan tempat-tempat perawatan pasien Covid-19, mengadopsi sistem yang sudah terbukti dan teruji dari Mayjen Tugas Ratmono ini.
"Ini menjadi acuan penting untuk melakukan percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia," tukas Daeng Mohammad Faqih kepada media di Press Center RSDC Wisma Atlet, Tower 1 lantai 1, pada Senin (21/09/2020) tersebut.
Jakarta 24-09-2020