Ikatan Dokter Indonesia (IDI) keluhkan tingkat kematian tenaga kesehatan karena Covid-19. Keluhan itu dikemukakan dokter Adib Khumaidi selaku Ketua mitigasi PB IDI kepada Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pada Rabu (23/09/2020) lalu. Bagaimana dengan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat?
Zero Kematian Tenaga Kesehatan
Dua hari sebelumnya, pada Senin (21/09/2020), Daeng Mohammad Faqih selaku Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mendatangi RSDC Wisma Atlet. Pada siang menjelang sore itu, Daeng Mohammad Faqih datang bersama Harif Fadhillah selaku Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan dokter Muhamad Naser.
Mereka langsung menuju Tower 2, naik ke lantai 2, terus mendekat ke meja kerja Mayjen Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet. Daeng Mohammad Faqih dan Harif Fadhillah menyatakan berkomitmen penuh mendukung RSDC Wisma Atlet. "Kami dari IDI dan PPNI secara paripurna mendukung operasional RSDC Wisma Atlet," ujar Daeng Mohammad Faqih, dengan suara mantap.
Mayjen Tugas Ratmono berdiri dari kursinya, menyambut dukungan tokoh IDI dan PPNI tersebut dengan senyum. Ia mengucapkan terima kasih. Kemudian, secara bersama-sama, mereka bergerak menuju lantai 1 Tower 1, dengan berjalan kaki. Memasuki ruang Press Center, mereka langsung disambut sejumlah awak media, yang memang sudah menunggu di sana.
Di hadapan para wartawan, Daeng Mohammad Faqih kembali menyatakan berkomitmen penuh mendukung RSDC Wisma Atlet, bersama PPNI. "Sistem yang diterapkan Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet ini adalah yang terbaik, dibandingkan di tempat perawatan pasien Covid-19 lainnya. Pasien terlayani dengan baik, tenaga kesehatan mendapat perlindungan yang baik," papar Daeng Mohammad Faqih panjang-lebar.
"Kami berterima kasih," lanjut Ketua Umum PB IDI itu, "karena sejak RSDC Wisma Atlet dioperasikan pada Senin (23/03/2020) hingga kini, seluruh dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya masih terjaga kesehatan mereka. Tidak ada kematian pada mereka. Zero kematian pada dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya."
Semua itu tentulah berkat sistem yang dibangun Mayjen Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet. Tugas Ratmono, lengkapnya Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H., adalah Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pengalaman serta keandalannya membangun sistem kesehatan di lingkup TNI, tercermin dari sistem jitu yang ia terapkan di RSDC Wisma Atlet.
Makanya, zero kematian pada dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Bagaimana detailnya Mayjen Tugas Ratmono mengeksekusi operasional RSDC Wisma Atlet? Kepada media di Press Center pada Senin (21/09/2020) itu, Mayjen Tugas Ratmono memaparkan rinciannya.
Ringkasnya, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, dibagi ke dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 tim kerja. Tiap tim bekerja selama satu shift, 8 jam kerja per hari. Secara operasional, RSDC Wisma Atlet beroperasi per hari secara 3 shift. Artinya, beroperasi secara penuh sepanjang pagi, siang, dan malam hari.